Monday, February 17, 2020

Penilaian Sikap Spritual


PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL

Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku peserta didik sebagai hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian dan membina perilaku serta budi pekerti peserta didik.
Sikap berawal dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon suatu objek atau kejadian. Menurut Gerungan (2009:160), sikap adalah perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. Adapun Harlen menjelaskan sikap adalah kecendrungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi objek tertentu (Djali, 2006:114). Selanjutnya Menurut Sarwono (2009: 201) sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa benda, kejadian, situasi, orang atau kelompok. Senada dengan tersebut Luis, et al (Saifudin, 2011:4-5), menjelaskan sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada objek tersebut. Sarnoff (Sarwono, 2009: 205) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably) yang tercermin terhadap objek-objek tertentu.
Pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), KD pada KI-1 dan KD pada KI-2 disusun secara koheren dan linier dengan KD pada KI-3 dan KD pada KI-4. Dengan demikian aspek sikap untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn dibelajarkan secara langsung (direct teaching) maupun tidak langsung (indirect teaching) yang memiliki dampak instruksional (instructional effect) dan memiliki dampak pengiring (nurturant effect). Sedangkan untuk mata pelajaran lain, tidak terdapat KD pada KI-1 dan KI-2. Dengan demikian aspek sikap untuk mata pelajaran selain Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn tidak dibelajarkan secara langsung dan memiliki dampak pengiring dari pembelajaran KD pada KI-3 dan KD pada KI-4. Meskipun demikian penilaian sikap spiritual dan sikap sosial harus dilakukan secara berkelanjutan oleh semua guru, termasuk guru Bimbingan Konseling (BK) dan wali kelas, melalui observasi dan informasi lain yang valid dan relevan dari berbagai sumber.
Penilaian sikap merupakan bagian dari pembinaan dan penanaman/ pembentukan sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik yang menjadi tugas dari setiap pendidik. Penanaman sikap diintegrasikan pada setiap pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4. Selain itu, dapat dilakukan penilaian diri (self assessment) dan penilaian antarteman (peer assessment) dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data untuk konfirmasi hasil penilaian sikap oleh pendidik. Hasil penilaian sikap selama periode satu semester dilaporkan dalam bentuk predikat sangat baik, baik, cukup, atau kurang serta deskripsi yang menggambarkan perilaku peserta didik.
Dalam kurikulum 2013 penilaian sikap dibagi menjadi dua macam yaitu sikap spritual dan sikap sosial. Menurut Bafadal (2013:11) penilaian sikap spiritual meliputi ketaatan beribadah, perilaku syukur, toleransi dalam beribadah, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, sedangkan penilaian sikap sosial meliputi jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri dan sikap lain yang sesuai dengan kompetensi pembelajaran.
1.    Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan oleh semua guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas, serta warga sekolah. Teknik penilaian sikap dijelaskan pada skema berikut.
Gambar. 1 Skema Penilaian Sikap
a.    Observasi
Observasi dalam penilaian sikap peserta didik merupakan teknik yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku. Asumsinya setiap peserta didik pada dasarnya berperilaku baik sehingga yang perlu dicatat hanya perilaku yang sangat baik (positif) atau kurang baik (negatif) yang muncul dari peserta didik. Catatan hal-hal sangat baik (positif) digunakan untuk menguatkan perilaku positif, sedangkan perilaku kurang baik (negatif) digunakan untuk pembinaan. Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat selama satu semester oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas. Jurnal memuat catatan sikap atau perilaku peserta didik yang sangat baik atau kurang baik, dilengkapi dengan waktu terjadinya perilaku tersebut, dan butir-butir sikap. Berdasarkan jurnal semua guru yang dibahas dalam rapat dewan guru, wali kelas membuat predikat dan deskripsi penilaian sikap peserta didik selama satu semester. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian sikap dengan teknik observasi:
1)      Jurnal digunakan oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas selama periode satu semester.
2)      Jurnal oleh guru mata pelajaran dibuat untuk seluruh peserta didik yang mengikuti mata pelajarannya. Jurnal oleh guru BK dibuat untuk semua peserta didik yang menjadi tanggung jawab bimbingannya, dan jurnal oleh wali kelas digunakan untuk satu kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
3)      Hasil observasi guru mata pelajaran dan guru BK dibahas dalam rapat dewan guru dan selanjutnya wali kelas membuat predikat dan deskripsi sikap setiap peserta didik di kelasnya.
4)      Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tidak terbatas pada butir-butir sikap (perilaku) yang hendak ditumbuhkan melalui pembelajaran yang saat itu sedang berlangsung sebagaimana dirancang dalam RPP, tetapi dapat mencakup butir-butir sikap lainnya yang ditanamkan dalam semester itu, jika butir-butir sikap tersebut muncul/ditunjukkan oleh peserta didik melalui perilakunya.
5)      Catatan dalam jurnal dilakukan selama satu semester sehingga ada kemungkinan dalam satu hari perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik muncul lebih dari satu kali atau tidak muncul sama sekali.
6)      Perilaku peserta didik selain sangat baik atau kurang baik tidak perlu dicatat dan dianggap peserta didik tersebut menunjukkan perilaku baik atau sesuai dengan norma yang diharapkan.
b.    Penilaian Diri
Penilaian diri dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berperilaku. Selain itu penilaian diri juga dapat digunakan untuk membentuk sikap peserta didik terhadap mata pelajaran. Hasil penilaian diri peserta didik dapat digunakan sebagai data konfirmasi. Penilaian diri dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian peserta didik, antara lain:
1)      Dapat menumbuhkan rasa percaya diri, karena diberi kepercayaan untuk menilai diri sendiri;
2)      Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika melakukan penilaian harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki;
3)      Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian; dan
4)      Membentuk sikap terhadap mata pelajaran/pengetahuan.
Instrumen yang digunakan untuk penilaian diri berupa lembar penilaian diri yang dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak bermakna ganda, dengan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik, dan menggunakan format sederhana yang mudah diisi peserta didik. Lembar penilaian diri dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi yang nyata/sebenarnya, bermakna, dan mengarahkan peserta didik mengidentifikasi kekuatan atau kelemahannya. Hal ini untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai dirinya secara subjektif. Penilaian diri oleh peserta didik dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut.
1)      Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri.
2)      Menentukan indikator yang akan dinilai.
3)      Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
4)      Merumuskan format penilaian, berupa daftar cek (checklist) atau skala penilaian
(rating scale), atau dalam bentuk esai untuk mendorong peserta didik mengenali
diri dan potensinya.
2.    Perumusan Indikator
Pelaksanaan penilaian diawali dengan kegiatan pendidik melakukan analisis kompetensi pada aspek pengetahuan dan keterampilan yang diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) ke dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) kemudian dirumuskan menjadi indikator. pencapaian kompetensi (IPK) pada setiap mata pelajaran. IPK untuk KD pada KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik yang terukur dan/atau dapat diobservasi. IPK dikembangkan menjadi indikator soal yang diperlukan untuk penyusunan instrumen penilaian. Indikator soal merupakan rambu-rambu dalam penyusunan butir soal atau tugas. Setiap IPK dapat dikembangkan menjadi satu atau lebih indikator soal. Sedangkan untuk mengukur pencapaian sikap digunakan indikator penilaian sikap yang dapat diobservasi atau diamati. Berikut akan dipaparkan pelaksanaan penilaian pada aspek sikap spiritual
Penilaian sikap spiritual dilakukan untuk mengetahui perkembangan sikap peserta didik dalam menghargai, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta toleransi terhadap agama lain. Indikator sikap spiritual pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn diturunkan dari KD pada KI-1 dengan memperhatikan butir-butir nilai sikap yang tersurat. Sementara itu, penilaian sikap spiritual yang dilakukan oleh guru mata pelajaran lain dirumuskan dalam perilaku beragama secara umum.
Berikut contoh indikator sikap spiritual yang dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dalam penilaian sikap spiritual:
1)      Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan;
2)      Menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut;
3)      Memberi salam pada saat awal dan akhir kegiatan;
4)      Bersyukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu;
5)      Menjaga lingkungan hidup di sekitar satuan pendidikan;
6)      Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa;
7)      Menghormati orang lain yang menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut.
8)      Ikhlas.
3.    Pelaksanaan Penilaian
Penilaian sikap dilakukan oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam pelajaran) dan/atau di luar jam pembelajaran, guru bimbingan konseling (BK), dan wali kelas (selama peserta didik di luar jam pelajaran), serta warga sekolah (peserta didik). Penialain sikap Spiritual dilakukan secara terus-menerus selama satu semester. Guru mata pelajaran,guru BK, dan wali kelas mengikuti perkembangan sikap spiritual dan sosial, serta mencatat perilaku peserta didik yang sangat baik atau kurang baik dalam jurnal segera setelah perilaku tersebut teramati atau menerima laporan tentang perilaku peserta didik.
Apabila seorang peserta didik pernah memiliki catatan sikap yang kurang baik, namun pada kesempatan lain peserta didik tersebut telah menunjukkan perkembangan sikap (menuju atau konsisten) baik, maka di dalam jurnal harus ditulis bahwa sikap peserta didik tersebut telah baik atau bahkan sangat baik. Pencatatan pada jurnal tidak hanya sikap yang sangat baik atau kurang baik saja, tetapi juga perubahan sikap dari kurang baik menjadi baik atau sangat baik. Sikap dan perilaku peserta didik yang teramati oleh pendidik dan tercacat dalam jurnal, akan lebih baik jika dikomunikasikan kepada peserta didik yang bersangkutan dankepadanya diminta untuk paraf di jurnal, sebagai bentuk “pengakuan” sekaligus merupakan upaya agar peserta didik yang bersangkutan segera menyadari sikap dan perilakunya serta berusaha untuk menjadi lebih baik.
Dalam penilaian sikap, guru juga harus mengumpulan data penilaian diri peserta didik. Menurut Festiyed (2017: 200) data penilaian diri adalah data yang diperoleh dari hasil penilaian tentang kemampuan, kecakapan atau penguasaan kompetensi tertentu yang dilakukan oleh peserta didik sendiri, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada taraf awal guru perlu melakukan langkah-langkah telaahan terhadap hasil penilaian diri peserta didik. Guru perlu mengambil sampel antara 10 % -20 % untuk ditelaah, dikoreksi dan dilakukan penilaian ulang. Apabila hasil koreksi ulang yang dilakukan oleh guru menunjukkan bahwa peserta didik banyak melakukan kesalahan-kesalahan dalam melakukan koreksi, guru dapat mengembalikan seluruh hasil pekerjaan kepada peserta didik untuk dikoreksi kembali, dengan menunjukkan catatan tentang kelemahan-kelemahan yang telah mereka lakukan dalam koreksian pertama. Dua atau tiga kali guru melakukan langkah-langkah koreksi dan telaahan seperti ini, para peserta didik menjadi terlatih dalam melakukan penilaian diri secara baik, objektif dan jujur.
Apabila peserta didik telah terlatih dalam melakukan penilaian diri secara baik, objektif dan jujur, hal ini akan sangat membantu meringankan beban tugas guru. Hasil penilaian diri yang dilakukan peserta didik juga dapat dipercaya serta dapat dipahami, diinterpresikan dan digunakan seperti hasil penilaian yang dilakukan oleh guru. Selanjutnya guru dapat memberikan umpan balik untuk masing-masing peserta didik. Hasil penilaian diri juga dapat dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan nilai kompetensi siswa.













LEMBAR OBSERVASI SIKAP SPIRITUAL

Petunjuk :  
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 : apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 : apabila melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 : apabila kadang- kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 : apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik      : ………………….
Kelas                           : ………………….
Tanggal Pengamatan    : …………………..
Materi Pokok                : …………………..
No
Aspek Pengamatan
Skor
1
2
3
4
1
Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan




2
Menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut




3
Memberi salam pada saat awal dan akhir kegiatan




4
Bersyukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu




5
Menjaga lingkungan hidup di sekitar satuan pendidikan




6
Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa




7
Menghormati orang lain yang menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut




JUMLAH SKOR




Petunjuk Penskoran:







ANGKET PESERTA DIDIK
SATUAN PENDIDIKAN       : SMAN 14 PADANG
MATA PELAJARAN                        : FISIKA
HARI/ TANGGAL                 : .....................................
PETUNJUK PENGISIAN      : .....................................
1.       Berikan tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat dan tuliskan pendapat mu pada tempat yang telah disedaikan
2.       Huruf – huruf yang terdapat pada kolom yang dimaksud berarti :
SS        : Sangat Setuju
S          : Setuju
KS       : Kurang Setuju
TS        : Tidak Setuju
STS      : Sangat Tidak Setuju
No
Pernyataan
JAWABAN
SS
S
KS
TS
STS
1
Penjelasan al quran surat ibrahim ayat 7 dalam pembelajaran fisika membuat saya menyadari bahwa untuk menjemput rahmat allah, apapun kodisi kita harus bersyukur





2
Saya menyadari bahwa mensyukuri rahmat allah, bukan hanya sekedar mengucapkan alhamdulillah, tetapi dengan mengerjakan perintahnya dan menghentikan larangannya. Karena itu saya mengerjakan shalat karena suatu kebutuhan





3
Nilai – nilai keikhlasan yang dijelaskan al quran surat ar-ra’du ayat 11 dalam pembelajaran membuat saya semakin yakin bahwa menerima (acceptance) segala keadaan, adalah awal perubahan saya ke arah yang lebih baik. Untuk sukses butuh perubahan dalam perasaan saya, berusaha maksimal dan berdoa maksimal





4
Nilai – nilai keikhlasan dalam pembelajaran fisika membuat saya lebih giat dalam berusaha dan belajar serta bersikap tawakal atas semua usaha yang telah dilakukan





5
Hukum – hukum fisika merupakan rahmat allah, salah satunya tergambar dari anomali air, betapa allah memberikan ketentuan hukum yang selalu memikirkan sampai hal yang terkecil, bahwa massa jenis air tertinggi adalah pada suhu 40 yang merupakan pengecualian . sehingga, air didasar danau atau laut daerah dingin tidak beku sehingga memungkinkan tunbuhan dan hewan dasar laut tetap hidup.





6
Pembuktian bahwa penyusutan dan pemuaian dalam hukum fisika, memberi manfaat kepada manusia, membuat saya makin menyadari keteraturan alam adalah hadiah allah untuk umat manusiapenjelasan mengenai keteraturan dan keseimbangan benda di jagad raya yang dijelaskan dalam pembelajaran tidak mempengaruhi pada keyakinan saya akan kebesaran allah





7
Nilai – nilai imtaq dalam kekekalan energi kalor yang disampaikan dalam pembelajaran fisika membuat saya yakin bahwa malaikat selalu mencatat dan mengawasi setiap perbuatan yang dilakukan, sehingga hari pembalasan itu adalah suatu kepastian






8
Konsep hukum kekekalan energi kalor membuat saya semakin yakin bahwa semua perbuatan, tingkah laku, pembicaraan dan sikap yang dilakukan selama menjalani kehidupan didunia akan mendapatkan balasan yang sesuai dengan apa yang dilakukan selama di dunia





9
Nilai – nilai agama dalam pembelajaran fisika tidak berhasil membuat saya berusaha belajar dengan giat karena hasil belajar yang saya dapatkan merupakan qoda dan qodar Nya Allah SWT





10
Hasil penelitian para ahli tentang sifat partikel air yang sangat terpengaruh kepada frekuensi gelombang bunyi. Membuat saya makin menyadari bahwa dengan berzikir, membuat badan kita sehat dan hati kita akan tentram





11
Penjelasan ayat – ayat al quran dalam pembelajaran fisika tidak membuat saya terpengaruh untuk tidak mencontek pada saat ujian di sekola karena guru tidak mengetahuinya





12
Penjelasan ayat – ayat al quran dalam pembelajaran fisika membuat saya meyakini akan kebenaran al quran dan alquran merupakan petunjuk bagi manusia yang tidak pernah ketinggalan zaman






4.    Pengolahan Hasil Penilaian
Langkah-langkah menyusun rekapitulasi penilaian sikap untuk satu semester.
a.       Semua guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru BK memberi informasi berdasarkan jurnal yang dibuat mengenai sikap/perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik dari peserta didik.
b.      Wali kelas merangkum dan menyimpulkan (memberi predikat dan merumuskan deskripsi) capaian sikap spiritual dan sosial setiap peserta didik berdasarkan hasil kesepakatan rapat dewan guru. Predikat terdiri atas sangat baik, baik, cukup, atau kurang, dan deskripsi sikap ditulis dengan kalimat positif.
c.       Deskripsi yang ditulis pada sikap spiritual dan sikap sosial adalah perilaku yang sangat baik, sedangkan sikap spiritual dan sikap sosial yang kurang baik dideskripsikan sebagai perilaku yang perlu pembimbingan.
d.      Dalam hal peserta didik yang tidak ada informasi tambahan dari semua guru, sikap peserta didik tersebut diasumsikan berperilaku baik.
e.       Rekapitulasi hasil penilaian sikap spritual dan sikap sosial yang dibuat oleh wali kelas berupa predikat dan deskripsi diisikan dalam rapor.
Tabel 1. Contoh Predikat dan Deskripsi Penilaian Sikap Spiritual
Predikat
Deskripsi
Baik
Selalu bersyukur dan berdoa sebelum melakukan kegiatan serta memiliki toleransi pada agama yang berbeda; ketaatan beribadah mulai berkembang
D.  Sikap Spiritual
Sikap Spiritual memiliki arti sikap yang mengarah kepada kebenaran universal dan memiliki kualitas emosional yang cenderung konsisten. Sikap spiritual ini lebih bersifat religius. Secara umum, seseorang memiliki sikap spiritual biasanya ditunjukkan dengan indikator-indikator sebagai berikut:
a.       Memiliki rasa hormat kepada sesama (reverence)
b.      Ketaatan dalam melakukan ibadah dan atau berdoa (prayerfulness)
c.       Memiliki rasa cinta dan sayang pada sesama (loving service)
d.      Perhatian terhadap dunianya (concern for the coming of his kingdom)
Sikap religius adalah suatu keadaan diri seseorang dimana setiap melakukan aktivitasnya selalu berkaitan dengan agamanya. Dalam hal ini, dirinya sebagai hamba yang mempercayai Tuhannya berusaha agar dapat merealisasikan atau mempraktekkan setiap ajaran agamanya atas dasar iman yang ada dalam batinnya.
Menurut Marzuki (2015), adapun beberapa nilai religius beserta indikator karakternya :
1.    Taat kepada Allah, dalam artian melaksanakan perintah Allah secara ikhlas dan meninggalkan segala laranganNya
2.    Syukur, yaitu selalu berterimakasih kepada Allah dengan memujiNya, berterimakasih kepada siapapun yang menolongnya dan menggunakan segala yang dimiliki dengan penuh manfaat
3.    Ikhlas, yaitu melakukan perbuatan secara tulus tanpa pamrih.
4.    Sabar, yaitu melaksanakan perintah Allah dengan penuh ketundukan dan menerima semua takdir Allah dengan tabah dan lapang dada.
5.    Tawakal, yaitu menyerahkan semua urusan kepada Allah dan siap menerima apapun yang diputuskan Allah
6.    Qanaah, yaitu menerima semua ketentuan Allah dengan rela dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki
7.    Adil, yaitu membagi sesuatu secara sama dan seimbang dan tidak pilih kasih
8.    Rendah hati, yaitu selalu merasa tidak bisa meskipun sebenarnya bisa dan tidak meremehkan orang lain.
9.    Pemaaf.
Menurut Gay Hendrick dan Kate Ludeman dalam Ari Ginanjar, terdapat beberapa sikap religius yang tampak dalam diri sesorang dalam menjalankan tugasnya, diantaranya :
a)      Kejujuran, rahasia untuk meraih sukses adalah selalu berkata jujur. Mereka menyadari, ketidak jujuran pada akhirnya akan mengakibatkan diri mereka sendiri terjebak dalam kesulitan yang berlarut-larut.
b)      Keadilan, salah satu skill seseorang religius adalah mampu bersikap adil kepada semua pihak, bahkan saat dia terdesak sekalipun.
c)      Bermanfaat bagi orang lain, hal ini merupakan salah satu bentuk sikap religius yang tampak dari diri seseorang. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lain”.
d)      Disiplin tinggi, mereka sangatlah disiplin. Kedisiplinan mereka tumbuh dari semangat penuh gairah dan kesadaran, bukan dari keharusan atau keterpaksaan.
e)      Keseimbangan, seseorang memiliki sikap religius sangat menjaga keseimbangan hidupnya.
f)        Rendah hati, sikap rendah hati merupakan sikap yang tidak sombong mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak memkasakan kehendaknya.
Untuk mengukur dan melihat bahwa sesuatu itu menunjukkan sikap religius atau tidak, dapat dilihat dari karakteristik sikap religius. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan indikator sikap religius seseorang, yakni :
a.       Komitmen terhadap perintah dan larangan Allah
c.       Bersemangat mengkaji ajaran agama
d.      Aktif dalam kegiatan agama
e.       Menghargai simbol-simbol keagamaan
f.        Akrab dengan kitab suci
g.       Mempergunakan pendekatan agama dalam menentukan pilihan
h.       Ajaran agama dijadikan sebagai sumber pengembangan ide
Sikap spiritual dalam Kurikulum 2013 atau lebih dikenal dengan sikap spiritual diletakkan pada KI-1. Hal ini menunjukkan bahwa elemen sikap ini merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam diri siswa. Boleh jadi, karena karakter siswa tentang ketuhanan ini kurang mendalam, maka mempengaruhi sikap dan karakter yang lainnya. Hal ini dikarenakan sikap spiritual adalah sifat dasar manusia yang melandasi sifat dan sikap sosial lainnya. Oleh karenanya, pengintegrasian sikap spiritual ini sangatlah penting disampaikan oleh guru kepada siswa melalui mata pelajaran yang diampunya agar secara berkala, sedikit demi sedikit, siswa mampu memahami pentingnya sikap spiritual ini dan mampu menanamkannya dalam dirinya sendiri.
Sikap spiritual diyakini dapat dikembangkan dengan baik melalui implementasi pembelajaran fisika pada setiap jenjang pendidikan sekolah seiring dengan meningkatnya usia siswa pada kelas tertentu. Mata pelajaran fisika di SMA bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Pengetahuan fisika akan bermanfaat bagi siswa hanya jika pengetahuan tersebut mempunyai fleksibilitas terhadap studi lanjut maupun dunia kerja. Harus diingat bahwa pendidikan fisika tidak semata-mata ditujukan untuk menghasilkan saintis, akan tetapi lebih pada usaha membantu siswa memahami arti pentingnya berpikir secara kritis terhadap ide-ide baru yang nampaknya bertentangan dengan pengetahuan yang telah diyakini kebenarannya.
E.   Pembelajaran Fisika
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga dalam proses  pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam pembelajaran fisika, pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung akan sangat berarti dalam membentuk konsep siswa secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan.
Selanjutnya secara garis besar pembelajaran Fisika seperti yang diungkapkan oleh Abu Hamid (Sulistyono, 1998:12), adalah sebagai berikut:
1.      Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.
2.      Pada hakikatnya mengajar Fisika merupakan suatu usaha untuk memilih strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi belajar Fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Pada hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan kesadaran murid untuk memperoleh konsep dan jaringan konsep Fisika melalui eksplorasi dan eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.
Pada hakikatnya, ilmu fisika merupakan sebuah kumpulan pengetahuan atau jalan berfikir dan cara untuk penyelidikan. Dalam penerapan ilmu fisika harus memperhatikan hakikat ilmu fisika sebagai berikut.
a.       Fisika Sebagai Produk
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, terjadi interaksi antara manusia dan lingkungannya. Interaksi itu memberikan pembelajaran kepada manusia sehingga menemukan pengalaman yang semakin menambah pengetahuan dan kemampuannya serta berubah perilakunya. Dalam wacana ilmiah, hasil-hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif dari para ilmuan di inventarisasi, dikumpulkan dan disusun secara sistematis menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang kemuadian disebut sebagai produk atau  a body of knowledge. Pengelompokan hasil-hasil penemuan itu menurut bidang kajian yang sejenis menghasilkan ilmu pengetahuan yang kemudian disebut sebagai fisika, kimia, dan biologi. Untuk fisika, kumpulan pengetahuan itu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori dan model.

1)      Fakta

Fakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa yang terjadi di alam. Fakta merupakan dasar bagi konsep, prinsip, hukum, teori atau model. Sebaliknya kita juga dapat menyatakan bahwa, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model keberadaannya adalah untuk menjelaskan dan memahami fakta.

2)      Konsep

Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan fakta. Konsep memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu. Menurut Bruner, Goodnow dan Austin (collette dan chiappetta : 1994) dalam Sutrisno (2006) konsep memiliki lima elemen atau unsur penting yaitu nama, definisi, atribut, nilai (value), dan contoh. Yang dimaksud dengan atribut itu misalnya adalah warna, ukuran, bentuk, bau, dan sebagainya. Sesuai dengan perkembangan intelektual anak, keabstrakan dari setiap konsep adalah berbeda bagi setiap anak. Menurut Herron dan kawan-kawan (dalam Collette dan Chiappetta 1994), konsep fisika dapat dibedakan atas konsep yang baik contoh maupun atributnya dapat diamati, konsep yang contohnya dapat diamati tetapi atributnya tidak dapat diamati, dan konsep yang baik contoh maupun atributnya tidak dapatdiamati.

3)      Prinsip dan hukum

Istilah prinsip dan hukum sering sering digunakan secara bergantian karena dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh fakta atau fakta-fakta dan konsep atau konsep-konsep. Ini sangat perlu dipahami bahwa, hukum dan prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam (fakta), melainkan kejadian alam (fakta) yang dijelaskan keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum.

4)      Rumus

Rumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-konsep dan variable-variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat dinyatakan secara matematis.

5)      Teori

Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat langsung diamati, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas. Teori tetaplah teori tidak mungkin menjadi hukum atau fakta. Teo bersifat tentatif sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki. Hawking (1988) yang dikutip oleh Collette dan Chiappetta (1994) dalam Sutrisno (2006) menyatakan bahwa “kita tidak dapat membuktikan kebenaran suatu teori meskipun banyak hasil eksperimen mendukung teori tersebut, karena kita tidak pernah yakin bahwa pada waktu yang akan dating hasilnya tidak akan kontradiksi dengan teori tersebut, sedangkan kita dapat membuktikan ketidakbenaran suatu teori cukup dengan hanya satu bukti yang menyimpang.Jadi, teori memiliki fungsi yang berbeda dengan fakta, konsep maupunhukum”

6)      Model

Model adalah sebuah presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat dilihat.. Model sabgat berguna untuk membantu memahami suatu fenomena alam, juga berguna untuk membantu memahami suatu teori. Sebagai contoh, model atom Bohr membantu untuk memahami teori atom.
b.      Fisika Sebagai Proses
Fisika sebagai proses atau juga disebut sebagai  a way of investigating memberikan gambaran mengenai bagaimana ilmuwan bekerja melakukan penemuan-penemuan. Jadi, fisika sebagai proses memberikan gambaran mengenai pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Pembelajaran yang merupakan tugas guru termasuk ke dalam bagian mempublikasikan. Dengan demikian, pembelajaran fisika sebagai proses hendaknya berhasil mengembangkan keterampilan proses sains pada diri siswa.
c.       Fisika Sebagai Sikap
Dari penjelasan mengenai hakikat fisika sebagai produk dan hakikat fisika sebagai proses diatas, tampak terlihat bahwa penyusunan pengetahuan fisika diawali dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan penyelidikan atau percobaan, yang ke semuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dari pemikiran. Jadi, dengan pemikirannya orang bertindak dan bersikap sehingga akhirnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah.Pemikiran-pemikiran para ilmua yang bergrak dlam bidang fisika itu menggambarkan rasa ingin tahu dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi dengan rasa percaya, sikap objektif, jujur, dan terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain. Sikap-sikap itulah yang kemudian memaknai hakikat fisika sebagai sikap atau a way of thinking.
Dari beberapa pendapat tentang Fisika di atas dapat disimpulkan bahwa Fisika adalah salah satu cabang dari IPA yang menerangkan gejala-gejala alam yang bersifat fisik yang dapat dipelajari melalui pengamatan, eksperimen, serta teori. Secara pengamatan dan eksperimen, Fisika dapat dipelajari dengan kegiatan berdasarkan analisis rasional dengan berpijak pada teori yang telah ditemukan sebelumnya. Hasil-hasil Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori. Fisika meliputi proses, sikap dan produk. Proses Fisika berupa aktivitas-aktivitas yang bertujuan mempelajari, menggali, mencari, dan menyelidiki kejadian alam. Sikap fisika berupa sikap mental yang diperlukan selama melakukan proses kegiatan Fisika (jujur, terbuka, kritis, menghargai pendapat orang lain). Produk Fisika adalah hasil kegiatan Fisika berupa konsep, hukum, dan teori yang tersusun berdasarkan fakta-fakta alam.
Fisika adalah mata pelajaran yang terkandung dalam pembelajaran di sekolah. Materi pelajaran fisika sangat penting dipelajari oleh setiap peserta didik. Berdasarkan Depdiknas (2008) mata pelajaran fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut :
a.       Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
b.      Memupuk sikap ilmiah yang jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dspat bekerja sama dengan orang lain.
c.       Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan, mengajukan, dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
d.      Mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir analisis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
e.       Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri serta bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Dari tujuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa banyak manfaat mempelajari mata pelajaran fisika terutama bagi diri peserta didik itu sendiri.
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga dalam proses  pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam pembelajaran fisika, pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung akan sangat berarti dalam membentuk konsep siswa secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan.
Selanjutnya secara garis besar pembelajaran Fisika seperti yang diungkapkan oleh Abu Hamid (sulistyono,1998:12), adalah sebagai berikut:
1.        Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.
2.        Pada hakikatnya mengajar Fisika merupakan suatu usaha untuk memilih strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi belajar Fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.        Pada hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan kesadaran murid untuk memperoleh konsep dan jaringan konsep Fisika melalui eksplorasi dan eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.
 Setiap proses pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai begitu pula dengan pembelajaran fisika. Berdasarkan Permendikbud Nomor 59 tahun 2014, pembelajaran Fisika SMA/MA bertujuan untuk :
a.       Menambah  keimanan peserta didik dengan menyadari hubungan keteraturan, keindahan alam, dan kompleksitas alam dalam  jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya;
b.      Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat, tekun, ulet, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis,  kreatif, inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan berdiskusi;
c.       Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan; memupuk sikap ilmiah yaitu jujur,  obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain;
d.      Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan metode ilmiah dalam  merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis;
e.       Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif;
f.        Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. 
Pembelajaran fisika bertujuan untuk menghasilkan siswa yang memiliki potensi baik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran fisika sesuai dengan pembelajaran kurikulum 2013 adalah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran Fisika ini, peran guru sangatlah penting yaitu sebagai mediator dan fasilitator dalam menyampaikan materi pembelajaran yang mudah dipahami siswa. Hal yang dapat dilakukan guru adalah mengembangkan media pembelajaran Fisika sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Pernyataan berikut ini sangat cocok untuk menjadi pedoman dan penetapan arah ke mana pembelajaran IPA/fisika sebaiknya dilakukan: You know you can’t enjoy a game unless you know its rules-whether it’s a ball game, a computer game, or simply a party game. Likewise, you can’t fully appreciate your surroundings untill you understand the rules of nature (Paul G. Hewitt, 1993). Pernyataan tersebut memberi wawasan yang jelas bahwa pemahaman terhadap aturan alam adalah syarat mutlak bagi kita untuk dapat mengapresiasinya. Paul G. Hewitt (1993) menyatakan di dalam bukunya yang berjudul: Conceptual Physics bahwa physics is about the rule of nature. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari atau mengkaji benda-benda yang ada di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari benda-benda di alam tersebut secara fisik dan mencoba merumuskannya secara matematis. Dalam fisika terdapat dua hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, yaitu pengamatan dalam eksperimen dan telaah teori. Menurut Zen dalam Sumaji, dkk (1998: 161), sains adalah suatu eksplorasi ke dalam materi berdasarkan observasi, dan yang mencari hubungan-hubungan alamiah yang teratur mengenai fenomena yang diamati serta bersifat mampu menguji diri sendiri. Selama ini, proses pembelajaran fisika cenderung pada teori dan penyelesaian soal yang berlangsung di dalam kelas. Pembelajaran fisika cenderung berpacu pada buku pelajaran. Akibatnya, pemahaman siswa masih sebatas teori sedangkan dalam aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari masih kurang. Hal tersebut dikarenakan banyak guru yang belum menyadari pentingnya memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa dengan menunjukkan objek konkret yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Pengalaman belajar langsung dapat berupa kegiatan eksplorasi alam sekitar, eksperimen, demonstrasi, proyek ataupun pembelajaran di luar kelas seperti outbond. IPA termasuk fisika bukanlah sekedar bangun pengetahuan (body of knowledge) yang terdiri atas konsep, prinsip, hukum, dan teori, sebab fisika juga merupakan aktivitas sosial yang menggabungkan nilai-nilai kemanusiaan seperti rasa ingin tahu, kreativitas, imajinasi, dan keindahan. Oleh karena itu, dalam proses belajar siswa harus dapat merasakan bahwa nilai-nilai tersebut sebagai bagian tak terpisahkan dari pengalamannya. Siswa harus dapat merasakan bahwa fisika merupakan proses untuk memperluas wawasan dan meningkatkan pemahaman tentang alam dan segala isinya. Sains menurut Chiappetta and Koballa (2010: 105), pada hakikatnya merupakan: (1) cara atau jalan berpikir (a way of thinking), (2) cara untuk penyelidikan (a way of investigating), (3) kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), dan (4) hasil interaksi dengan teknologi dan masyarakat (science and its interactions with technology and society).
Menurut teori Piaget yang dikutip oleh Aiken (1988), seorang anak menjadi tahu dan memahami sains melalui interaksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Menurut teori ini, siswa harus membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan observasi, eksperimen, diskusi, dan lain-lain. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses pemahaman lingkungan menggunakan struktur kognitif yang sudah dibangun tanpa mengadakan perubahanperubahan. Akomodasi adalah pemahaman lingkungan dengan terlebih dahulu memodifikasi struktur kognitif yang sudah dibangun untuk membentuk struktur kognitif yang baru berdasarkan rangsangan yang diterimanya (Aiken, 1988). Implikasi-implikasi teori Piaget terhadap pembelajaran fisika termasuk IPA, menurut Sund dan Trowbridge (1973) adalah bahwa guru harus memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Mereka dapat melakukannya dengan jalan terlibat secara langsung dalam berbagai kegiatan seperti diskusi kelas, pemecahan soal, maupun bereksperimen. Dengan kata lain, siswa jangan hanya dijadikan objek yang pasif dengan beban hafalan berbagai macam konsep dan rumus-rumus. Dalam fisika memang terdapat banyak rumus, namun Paul G. Hewitt (1993) menyatakan bahwa rumus-rumus dalam fisika itu lebih berfungsi sebagai panduan berpikir daripada sekedar resep dalam perhitungan.


A.     Perumusan Indikator Sikap Spiritual

Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Pengembangan Indikator Sikap Spiritual
Capaian Indikator Sikap Spiritual
3.8        Menjelaskan tekanan zat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari, termasuk tekanan darah, osmosis, dan kapilaritas jaringan angkut pada tumbuhan

3.8.1    Menjelaskan konsep tekanan
1.8.1      Menciptakan sikap tafakuri akan kebesaran Allah melalui penjelasan Konsep tekanan
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah rasa syukur terhadap kebesaran Allah SWT yang telah menciptakan konsep tekanan dalam sifat fisis kaki bebek dan ayam yang berbeda bentuk.
3.8.2    Menganalisis hubungan antara gaya dan luas permukaan terhadap besarnya tekanan
1.8.2      Menumbuhkan rasa syukur akan kebesaran allah melalu konsep gaya dan luas prmukaan terhadap besarnya tekanan
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menambahkan ilmu tentang adanya hubungan antara gaya dan luas permukaan terhadap besarnya tekanan yang terjadi pada koin yang di letakkan mendatar dengan keadaan tegak pada sebuah plastisin.
3.8.3    Menjelaskan hukum Archimedes
1.8.3      Menumbuhkan rasa yakin dalam hukum archimedes bahwasanya tidak ada hukum yang paling utama selain hukum Allah
Pembelajaran tentang hukum Archimedespeserta didik menambah kayakinan dan tafakur akan kebesaran Allah SWT bahwa tidak ada yang terjadi di dunia ini kecuali atas kehendak Allah SWT pada timba dari sumur ketika masih dalam air proses mengangkatnya lebih mudah di bandingkan timba yang sudah mencapai udara, akan lebih terasa berat.
3.8.4    Menerapkan hukum Pascal pada benda dalam kehidupan sehari-hari
1.8.4      Menciptakan keyakinan akan kebesaran allah melalui aplikasi berupa kolam yang permukaannya tetap rata walaupun kedalaman berbeda dan keadaannya miring
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan hukum pascal pada benda dan sesuai dengan firman Allah dalam surat Azzumar:27 (Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur‘an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat memetik pelajaran) sehingga manusia dapat memanfaatkan hukum pascal dalam kehidupan sehari-hari
3.8.5    Mengaitkan teori tekanan zat dengan proses pengangkutan zat padatumbuhan dan tekanan darah
1.8.5      Menumbuhkan rasa syukur akan kebesaran allah melalui kaitan konsep tekanan zat dengan tekanan darah pada manusia
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah kesadaran dan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan jantung bagi manusia agar darah dapat di pompa ke seluruh tubuh dan tekanan darah manusia dapat stabil.
3.8.6    Menerapkan prinsip tekanan zat gas pada benda dalam kehidupansehari-hari
1.8.6      Menumbuhkan sikap tafakuri dalam penerapan konsep tekanan gas pada benda
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah rasa tafakuri akan kebesaranAllah SWT yang telah menciptakan udara yang di muka bumi ini sehingga manusia dapat memanfaatkannya dalam konsep tekanan zat gas pada balon udara
3.8.7    Menganalisis  penerapan  hukum  Archimedes  pada  benda  yangterapung, melayang, dan tenggelam di dalam air
1.8.7      Menumbuhkan sikap tafakuri akan kebesaran allah yang telah menciptakan makhluk hidup bisa merasakan penerapan hukum archimedes saat terapung, melayang dan tenggelam
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah rasa tafakuri akan kebesaran Allah SWT yang telah menciptakan makhluk hidup, kita bisa beraktifitas seperti berenang dalam berbagai keadaan yaitu dapat terapung, melayang, dan tenggelam. Tanpa izin Allah semua itu tidak akan terjadi
3.8.8    Menganalisis tekanan zat cair pada kedalaman tertentu
1.8.8      Menumbuhkan rasa syukur akan kebesaran Allah SWT kedalaman suatu zat mempengaruhi tekanan zat cairs
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan zat cair yang semakin dalam zat cair tersebut tekanannya semakin besar
3.8.9    Menganalisis prinsip tekanan pada proses kapilaritas dalam pengangkutan zat pada tumbuhan
1.8.9      Menumbuhkan rasa syukur akan kebesaran allah yang telah menciptakan makhluk hidup seperti tumbuhan yang bisa bertahan hidup karena proses kapilaritas dalam pengangkutan suatu zat.
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah rasa syukur kepada Allah SWT yang dengan izin Allah air dapat naik ke daun melalui proses kapilaritas dengan prinsip tekanan.


B.     Instrumen Penilaian Sikap Spiritual

ANGKET OBSERVASI PESERTA DIDIK
SATUAN PENDIDIKAN        : SMAN 14 PADANG
MATA PELAJARAN              : FISIKA
HARI/TANGGAL                    :
PETUNJUK PENGISIAN        :
1.       Berikan tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat dan tuliskan pendapat mu pada tempat yang telah disedaikan
2.       Huruf – huruf yang terdapat pada kolom yang dimaksud berarti :
SS        : Sangat Setuju
S          : Setuju
KS       : Kurang Setuju
TS        : Tidak Setuju
No
Pernyataan
JAWABAN
SS
S
KS
TS
1
Melalui materi ini dapat menambah rasa syukur terhadap kebesaran Allah SWT yang telah menciptakan konsep tekanan dalam sifat fisis kaki bebek dan ayam yang berbeda bentuk.




2
Melalui materi ini dapat menambah rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menambahkan ilmu tentang adanya hubungan antara gaya dan luas permukaan terhadap besarnya tekanan yang terjadi pada koin yang di letakkan mendatar dengan keadaan tegak pada sebuah plastisin.




3
Pembelajaran tentang hukum Archimedespeserta didik menambah kayakinan dan tafakur akan kebesaran Allah SWT bahwa tidak ada yang terjadi di dunia ini kecuali atas kehendak Allah SWT pada timba dari sumur ketika masih dalam air proses mengangkatnya lebih mudah di bandingkan timba yang sudah mencapai udara, akan lebih terasa berat.




4
Melalui materi ini dapat menambah rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan hukum pascal pada benda dan sesuai dengan firman Allah dalam surat Azzumar:27  (Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur‘an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat memetik pelajaran) sehingga manusia dapat memanfaatkan hukum pascal dalam kehidupan sehari-hari




5
Melalui materi ini dapat menambah kesadaran dan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan jantung bagi manusia agar darah dapat di pompa ke seluruh tubuh dan tekanan darah manusia dapat stabil.




6
 Melalui materi ini dapat menambah rasa tafakuri akan kebesaranAllah SWT yang telah menciptakan udara yang di muka bumi ini sehingga saya dapat memanfaatkannya dalam konsep tekanan zat gas pada balon udara yang tertera dalam firman allah surat Al-An’am:125 (Barang siapa dikehendaki allah untuk menunjukannya, dia akan melapangkan dadanya kepada islam. Dan barang siapa yang dikehendaki allah untuk menyesatkanya dia akan menjadikan dadanya sempit lagi sesak, seolah – olah ia sedang naik ke langit)




7
Melalui materi ini dapat menambah rasa tafakuri akan kebesaran Allah SWT yang telah menciptakan makhluk hidup, kita bisa beraktifitas seperti berenang dalam berbagai keadaan yaitu dapat terapung, melayang, dan tenggelam. Tanpa izin Allah semua itu tidak akan terjadi




8
Melalui materi ini dapat menambah rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan zat cair yang semakin dalam zat cair tersebut tekanannya semakin besar




9
Melalui materi proses kapilaritas dengan prinsip tekanan dapat menambah rasa syukur kepada Allah SWT yang dengan izin Allah air dapat naik ke daun.







DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Bafadal, ibraahim. 2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah dasar. Jakarta :  Kemendikbud Pendidikan Dasar.
Dayakisni, Tri. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Djali. 2006. Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Balai pustaka.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas.
Festiyed. 2017. Evaluasi Pembelajaran Fisika. Padang: Sukabina Press
Marzuki.2015. Pendidikan Karakter Islam. Jakarta : Amzah.
Ilyas Ismail.2013. True Islam: Moral, Intelektual, Spiritual. Jakarta: Mitra Wacana
J.P. Caplin. 1998. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pres.
Lickona, Thomas. 2012. Educating for Character. Mendidik untuk Membentuk Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Majid, Abdul. 2014.Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 Bab II bagian E tentang Standar Penilaian Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2018 tentang penilaian hasil belajar
Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sumandi Suryabrata. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Grafindo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Previous Post
Next Post

0 comments: