Penilaian
sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku peserta didik sebagai
hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian sikap
memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian pengetahuan dan
keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal
ini, penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian dan membina perilaku
serta budi pekerti peserta didik.
Sikap
berawal dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam
merespon suatu objek atau kejadian. Menurut Gerungan (2009:160), sikap adalah
perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek
tertentu. Adapun Harlen menjelaskan sikap adalah kecendrungan seseorang untuk
bertindak dalam menghadapi objek tertentu (Djali, 2006:114). Selanjutnya
Menurut Sarwono (2009: 201) sikap (attitude) adalah istilah yang
mencerminkan rasa senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral)
dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa benda, kejadian, situasi, orang
atau kelompok. Senada dengan tersebut Luis, et al (Saifudin, 2011:4-5),
menjelaskan sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada objek
tersebut. Sarnoff (Sarwono, 2009: 205) mengidentifikasikan sikap sebagai
kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably)
atau secara negatif (unfavorably) yang tercermin terhadap objek-objek
tertentu.
Pada
mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), KD pada KI-1 dan KD pada KI-2 disusun
secara koheren dan linier dengan KD pada KI-3 dan KD pada KI-4. Dengan demikian
aspek sikap untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn
dibelajarkan secara langsung (direct teaching) maupun tidak langsung (indirect
teaching) yang memiliki dampak instruksional (instructional effect) dan
memiliki dampak pengiring (nurturant effect). Sedangkan untuk mata pelajaran
lain, tidak terdapat KD pada KI-1 dan KI-2. Dengan demikian aspek sikap untuk
mata pelajaran selain Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn tidak
dibelajarkan secara langsung dan memiliki dampak pengiring dari pembelajaran KD
pada KI-3 dan KD pada KI-4. Meskipun demikian penilaian sikap spiritual dan
sikap sosial harus dilakukan secara berkelanjutan oleh semua guru, termasuk
guru Bimbingan Konseling (BK) dan wali kelas, melalui observasi dan informasi
lain yang valid dan relevan dari berbagai sumber.
Penilaian
sikap merupakan bagian dari pembinaan dan penanaman/ pembentukan sikap
spiritual dan sikap sosial peserta didik yang menjadi tugas dari setiap
pendidik. Penanaman sikap diintegrasikan pada setiap pembelajaran KD dari KI-3
dan KI-4. Selain itu, dapat dilakukan penilaian diri (self assessment) dan
penilaian antarteman (peer assessment) dalam rangka pembinaan dan pembentukan
karakter peserta didik, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data
untuk konfirmasi hasil penilaian sikap oleh pendidik. Hasil penilaian sikap
selama periode satu semester dilaporkan dalam bentuk predikat sangat baik,
baik, cukup, atau kurang serta deskripsi yang menggambarkan perilaku peserta
didik.
Dalam
kurikulum 2013 penilaian sikap dibagi menjadi dua macam yaitu sikap spritual
dan sikap sosial. Menurut Bafadal (2013:11) penilaian sikap spiritual meliputi ketaatan
beribadah, perilaku syukur, toleransi dalam beribadah, berdoa sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan, sedangkan penilaian sikap sosial meliputi jujur,
disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri dan sikap lain yang
sesuai dengan kompetensi pembelajaran.
1.
Teknik Penilaian Sikap
Penilaian
sikap dilakukan oleh semua guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas, serta
warga sekolah. Teknik penilaian sikap dijelaskan pada skema berikut.
Gambar. 1 Skema Penilaian Sikap
a. Observasi
Observasi
dalam penilaian sikap peserta didik merupakan teknik yang dilakukan secara
berkesinambungan melalui pengamatan perilaku. Asumsinya setiap peserta didik
pada dasarnya berperilaku baik sehingga yang perlu dicatat hanya perilaku yang
sangat baik (positif) atau kurang baik (negatif) yang muncul dari peserta
didik. Catatan hal-hal sangat baik (positif) digunakan untuk menguatkan
perilaku positif, sedangkan perilaku kurang baik (negatif) digunakan untuk
pembinaan. Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat selama satu
semester oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas. Jurnal memuat
catatan sikap atau perilaku peserta didik yang sangat baik atau kurang baik,
dilengkapi dengan waktu terjadinya perilaku tersebut, dan butir-butir sikap.
Berdasarkan jurnal semua guru yang dibahas dalam rapat dewan guru, wali kelas
membuat predikat dan deskripsi penilaian sikap peserta didik selama satu
semester. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian
sikap dengan teknik observasi:
1)
Jurnal digunakan oleh
guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas selama periode satu semester.
2)
Jurnal oleh guru mata
pelajaran dibuat untuk seluruh peserta didik yang mengikuti mata pelajarannya.
Jurnal oleh guru BK dibuat untuk semua peserta didik yang menjadi tanggung
jawab bimbingannya, dan jurnal oleh wali kelas digunakan untuk satu kelas yang
menjadi tanggung jawabnya.
3)
Hasil observasi guru
mata pelajaran dan guru BK dibahas dalam rapat dewan guru dan selanjutnya wali
kelas membuat predikat dan deskripsi sikap setiap peserta didik di kelasnya.
4)
Perilaku sangat baik
atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tidak terbatas pada butir-butir
sikap (perilaku) yang hendak ditumbuhkan melalui pembelajaran yang saat itu
sedang berlangsung sebagaimana dirancang dalam RPP, tetapi dapat mencakup
butir-butir sikap lainnya yang ditanamkan dalam semester itu, jika butir-butir
sikap tersebut muncul/ditunjukkan oleh peserta didik melalui perilakunya.
5)
Catatan dalam jurnal
dilakukan selama satu semester sehingga ada kemungkinan dalam satu hari
perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik muncul lebih dari satu kali atau
tidak muncul sama sekali.
6)
Perilaku peserta didik
selain sangat baik atau kurang baik tidak perlu dicatat dan dianggap peserta
didik tersebut menunjukkan perilaku baik atau sesuai dengan norma yang
diharapkan.
b. Penilaian
Diri
Penilaian diri dilakukan dengan
cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam berperilaku. Selain itu penilaian diri juga dapat digunakan untuk membentuk
sikap peserta didik terhadap mata pelajaran. Hasil penilaian diri peserta didik
dapat digunakan sebagai data konfirmasi. Penilaian diri dapat memberi dampak
positif terhadap perkembangan kepribadian peserta didik, antara lain:
1)
Dapat menumbuhkan rasa percaya diri, karena diberi
kepercayaan untuk menilai diri sendiri;
2)
Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya,
karena ketika melakukan penilaian harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki;
3)
Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik
untuk berbuat jujur, karena dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan
penilaian; dan
4)
Membentuk sikap terhadap mata pelajaran/pengetahuan.
Instrumen yang digunakan untuk
penilaian diri berupa lembar penilaian diri yang dirumuskan secara sederhana,
namun jelas dan tidak bermakna ganda, dengan bahasa lugas yang dapat dipahami
peserta didik, dan menggunakan format sederhana yang mudah diisi peserta didik.
Lembar penilaian diri dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan sikap
peserta didik dalam situasi yang nyata/sebenarnya, bermakna, dan mengarahkan
peserta didik mengidentifikasi kekuatan atau kelemahannya. Hal ini untuk
menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai dirinya secara subjektif. Penilaian
diri oleh peserta didik dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut.
1)
Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri.
2)
Menentukan indikator yang akan dinilai.
3)
Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
4)
Merumuskan format penilaian, berupa daftar cek (checklist)
atau skala penilaian
(rating scale), atau dalam bentuk esai untuk mendorong peserta didik mengenali
diri dan potensinya.
(rating scale), atau dalam bentuk esai untuk mendorong peserta didik mengenali
diri dan potensinya.
2.
Perumusan
Indikator
Pelaksanaan
penilaian diawali dengan kegiatan pendidik melakukan analisis kompetensi pada
aspek pengetahuan dan keterampilan yang diturunkan dari Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) ke dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) kemudian
dirumuskan menjadi indikator. pencapaian kompetensi (IPK) pada setiap mata
pelajaran. IPK untuk KD pada KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku
spesifik yang terukur dan/atau dapat diobservasi. IPK dikembangkan menjadi
indikator soal yang diperlukan untuk penyusunan instrumen penilaian. Indikator
soal merupakan rambu-rambu dalam penyusunan butir soal atau tugas. Setiap IPK
dapat dikembangkan menjadi satu atau lebih indikator soal. Sedangkan untuk
mengukur pencapaian sikap digunakan indikator penilaian sikap yang dapat
diobservasi atau diamati. Berikut akan dipaparkan pelaksanaan penilaian pada
aspek sikap spiritual
Penilaian
sikap spiritual dilakukan untuk mengetahui perkembangan sikap peserta didik
dalam menghargai, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta
toleransi terhadap agama lain. Indikator sikap spiritual pada mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn diturunkan dari KD pada KI-1 dengan
memperhatikan butir-butir nilai sikap yang tersurat. Sementara itu, penilaian
sikap spiritual yang dilakukan oleh guru mata pelajaran lain dirumuskan dalam
perilaku beragama secara umum.
Berikut
contoh indikator sikap spiritual yang dapat digunakan untuk semua mata
pelajaran dalam penilaian sikap spiritual:
1) Berdoa
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan;
2) Menjalankan
ibadah sesuai dengan agama yang dianut;
3) Memberi
salam pada saat awal dan akhir kegiatan;
4) Bersyukur ketika
berhasil mengerjakan sesuatu;
5) Menjaga lingkungan hidup
di sekitar satuan pendidikan;
6) Memelihara hubungan baik
dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa;
7) Menghormati orang lain
yang menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut.
8) Ikhlas.
3.
Pelaksanaan Penilaian
Penilaian
sikap dilakukan oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam
pelajaran) dan/atau di luar jam pembelajaran, guru bimbingan konseling (BK),
dan wali kelas (selama peserta didik di luar jam pelajaran), serta warga
sekolah (peserta didik). Penialain sikap
Spiritual dilakukan secara terus-menerus selama satu semester. Guru mata
pelajaran,guru BK, dan wali kelas mengikuti
perkembangan sikap spiritual dan sosial, serta mencatat perilaku peserta didik
yang sangat baik atau kurang baik dalam jurnal segera setelah perilaku tersebut
teramati atau menerima laporan tentang perilaku peserta didik.
Apabila
seorang peserta didik pernah memiliki catatan sikap yang kurang baik, namun
pada kesempatan lain peserta didik tersebut telah menunjukkan perkembangan
sikap (menuju atau konsisten) baik, maka di dalam jurnal harus ditulis bahwa
sikap peserta didik tersebut telah baik atau bahkan sangat baik. Pencatatan
pada jurnal tidak hanya sikap yang sangat baik atau kurang baik saja, tetapi
juga perubahan sikap dari kurang baik menjadi baik atau sangat baik. Sikap dan
perilaku peserta didik yang teramati oleh pendidik dan tercacat dalam jurnal,
akan lebih baik jika dikomunikasikan kepada peserta didik yang bersangkutan
dankepadanya diminta untuk paraf di jurnal, sebagai bentuk “pengakuan”
sekaligus merupakan upaya agar peserta didik yang bersangkutan segera menyadari
sikap dan perilakunya serta berusaha untuk menjadi lebih baik.
Dalam
penilaian sikap, guru juga harus mengumpulan data penilaian diri peserta didik. Menurut
Festiyed (2017: 200) data penilaian diri adalah data yang diperoleh dari hasil
penilaian tentang kemampuan, kecakapan atau penguasaan kompetensi tertentu yang
dilakukan oleh peserta didik sendiri, sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Pada taraf awal guru perlu melakukan langkah-langkah telaahan
terhadap hasil penilaian diri peserta didik. Guru perlu mengambil sampel antara
10 % -20 % untuk ditelaah, dikoreksi dan dilakukan penilaian ulang. Apabila
hasil koreksi ulang yang dilakukan oleh guru menunjukkan bahwa peserta didik
banyak melakukan kesalahan-kesalahan dalam melakukan koreksi, guru dapat
mengembalikan seluruh hasil pekerjaan kepada peserta didik untuk dikoreksi
kembali, dengan menunjukkan catatan tentang kelemahan-kelemahan yang telah
mereka lakukan dalam koreksian pertama. Dua atau tiga kali guru melakukan
langkah-langkah koreksi dan telaahan seperti ini, para peserta didik menjadi
terlatih dalam melakukan penilaian diri secara baik, objektif dan jujur.
Apabila
peserta didik telah terlatih dalam melakukan penilaian diri secara baik, objektif
dan jujur, hal ini akan sangat membantu meringankan beban tugas guru. Hasil
penilaian diri yang dilakukan peserta didik juga dapat dipercaya serta dapat
dipahami, diinterpresikan dan digunakan seperti hasil penilaian yang dilakukan
oleh guru. Selanjutnya guru dapat memberikan umpan balik untuk masing-masing
peserta didik. Hasil penilaian diri juga dapat dijadikan dasar bagi guru untuk
memberikan nilai kompetensi siswa.
LEMBAR OBSERVASI
SIKAP SPIRITUAL
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru
untuk menilai sikap spiritual peserta didik. Berilah tanda cek (v) pada kolom
skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan
kriteria sebagai berikut :
4 : apabila
selalu melakukan sesuai pernyataan
3 : apabila
melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 : apabila
kadang- kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 : apabila
tidak pernah melakukan
Nama Peserta
Didik : ………………….
Kelas
: ………………….
Tanggal
Pengamatan : …………………..
Materi
Pokok :
…………………..
No
|
Aspek Pengamatan
|
Skor
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Berdoa sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan
|
||||
2
|
Menjalankan ibadah
sesuai dengan agama yang dianut
|
||||
3
|
Memberi salam pada
saat awal dan akhir kegiatan
|
||||
4
|
Bersyukur
ketika berhasil mengerjakan sesuatu
|
||||
5
|
Menjaga
lingkungan hidup di sekitar satuan pendidikan
|
||||
6
|
Memelihara
hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
|
||||
7
|
Menghormati
orang lain yang menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut
|
||||
JUMLAH SKOR
|
Petunjuk
Penskoran:
ANGKET
PESERTA DIDIK
SATUAN
PENDIDIKAN : SMAN 14 PADANG
MATA
PELAJARAN : FISIKA
HARI/ TANGGAL : .....................................
PETUNJUK
PENGISIAN : .....................................
1.
Berikan
tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat dan tuliskan
pendapat mu pada tempat yang telah disedaikan
2.
Huruf
– huruf yang terdapat pada kolom yang dimaksud berarti :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No
|
Pernyataan
|
JAWABAN
|
||||
SS
|
S
|
KS
|
TS
|
STS
|
||
1
|
Penjelasan al quran surat
ibrahim ayat 7 dalam pembelajaran fisika membuat saya menyadari bahwa untuk
menjemput rahmat allah, apapun kodisi kita harus bersyukur
|
|||||
2
|
Saya menyadari bahwa mensyukuri
rahmat allah, bukan hanya sekedar mengucapkan alhamdulillah, tetapi dengan
mengerjakan perintahnya dan menghentikan larangannya. Karena itu saya
mengerjakan shalat karena suatu kebutuhan
|
|||||
3
|
Nilai – nilai keikhlasan yang
dijelaskan al quran surat ar-ra’du ayat 11 dalam pembelajaran membuat saya
semakin yakin bahwa menerima (acceptance) segala keadaan, adalah awal
perubahan saya ke arah yang lebih baik. Untuk sukses butuh perubahan dalam
perasaan saya, berusaha maksimal dan berdoa maksimal
|
|||||
4
|
Nilai – nilai keikhlasan dalam
pembelajaran fisika membuat saya lebih giat dalam berusaha dan belajar serta
bersikap tawakal atas semua usaha yang telah dilakukan
|
|||||
5
|
Hukum – hukum fisika merupakan
rahmat allah, salah satunya tergambar dari anomali air, betapa allah
memberikan ketentuan hukum yang selalu memikirkan sampai hal yang terkecil, bahwa
massa jenis air tertinggi adalah pada suhu 40 yang merupakan
pengecualian . sehingga, air didasar danau atau laut daerah dingin tidak beku
sehingga memungkinkan tunbuhan dan hewan dasar laut tetap hidup.
|
|||||
6
|
Pembuktian bahwa penyusutan dan
pemuaian dalam hukum fisika, memberi manfaat kepada manusia, membuat saya
makin menyadari keteraturan alam adalah hadiah allah untuk umat
manusiapenjelasan mengenai keteraturan dan keseimbangan benda di jagad raya
yang dijelaskan dalam pembelajaran tidak mempengaruhi pada keyakinan saya
akan kebesaran allah
|
|||||
7
|
Nilai – nilai imtaq dalam
kekekalan energi kalor yang disampaikan dalam pembelajaran fisika membuat
saya yakin bahwa malaikat selalu mencatat dan mengawasi setiap perbuatan yang
dilakukan, sehingga hari pembalasan itu adalah suatu kepastian
|
|||||
8
|
Konsep hukum kekekalan energi
kalor membuat saya semakin yakin bahwa semua perbuatan, tingkah laku,
pembicaraan dan sikap yang dilakukan selama menjalani kehidupan didunia akan
mendapatkan balasan yang sesuai dengan apa yang dilakukan selama di dunia
|
|||||
9
|
Nilai – nilai agama dalam
pembelajaran fisika tidak berhasil membuat saya berusaha belajar dengan giat
karena hasil belajar yang saya dapatkan merupakan qoda dan qodar Nya Allah
SWT
|
|||||
10
|
Hasil penelitian para ahli
tentang sifat partikel air yang sangat terpengaruh kepada frekuensi gelombang
bunyi. Membuat saya makin menyadari bahwa dengan berzikir, membuat badan kita
sehat dan hati kita akan tentram
|
|||||
11
|
Penjelasan ayat – ayat al quran
dalam pembelajaran fisika tidak membuat saya terpengaruh untuk tidak
mencontek pada saat ujian di sekola karena guru tidak mengetahuinya
|
|||||
12
|
Penjelasan ayat – ayat al quran
dalam pembelajaran fisika membuat saya meyakini akan kebenaran al quran dan
alquran merupakan petunjuk bagi manusia yang tidak pernah ketinggalan zaman
|
4.
Pengolahan
Hasil Penilaian
Langkah-langkah
menyusun rekapitulasi penilaian sikap untuk satu semester.
a. Semua
guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru BK memberi informasi berdasarkan
jurnal yang dibuat mengenai sikap/perilaku yang sangat baik dan/atau kurang
baik dari peserta didik.
b. Wali
kelas merangkum dan menyimpulkan (memberi predikat dan merumuskan deskripsi)
capaian sikap spiritual dan sosial setiap peserta didik berdasarkan hasil
kesepakatan rapat dewan guru. Predikat terdiri atas sangat baik, baik, cukup,
atau kurang, dan deskripsi sikap ditulis dengan kalimat positif.
c. Deskripsi
yang ditulis pada sikap spiritual dan sikap sosial adalah perilaku yang sangat
baik, sedangkan sikap spiritual dan sikap sosial yang kurang baik
dideskripsikan sebagai perilaku yang perlu pembimbingan.
d. Dalam
hal peserta didik yang tidak ada informasi tambahan dari semua guru, sikap
peserta didik tersebut diasumsikan berperilaku baik.
e. Rekapitulasi
hasil penilaian sikap spritual dan sikap sosial yang dibuat oleh wali kelas
berupa predikat dan deskripsi diisikan dalam rapor.
Tabel
1. Contoh Predikat dan
Deskripsi Penilaian Sikap Spiritual
Predikat
|
Deskripsi
|
Baik
|
Selalu bersyukur
dan berdoa sebelum melakukan kegiatan serta memiliki toleransi pada agama
yang berbeda; ketaatan beribadah mulai berkembang
|
D.
Sikap
Spiritual
Sikap
Spiritual memiliki arti sikap yang mengarah kepada kebenaran universal dan
memiliki kualitas emosional yang cenderung konsisten. Sikap spiritual ini lebih
bersifat religius. Secara umum, seseorang memiliki sikap spiritual biasanya
ditunjukkan dengan indikator-indikator sebagai berikut:
a. Memiliki rasa hormat
kepada sesama (reverence)
b. Ketaatan dalam melakukan
ibadah dan atau berdoa (prayerfulness)
c. Memiliki rasa cinta dan
sayang pada sesama (loving service)
d. Perhatian terhadap
dunianya (concern for the coming of his kingdom)
Sikap religius
adalah suatu keadaan diri seseorang dimana setiap melakukan aktivitasnya selalu
berkaitan dengan agamanya. Dalam hal ini, dirinya sebagai hamba yang
mempercayai Tuhannya berusaha agar dapat merealisasikan atau mempraktekkan
setiap ajaran agamanya atas dasar iman yang ada dalam batinnya.
Menurut Marzuki
(2015), adapun beberapa nilai religius beserta indikator karakternya :
1. Taat
kepada Allah, dalam artian melaksanakan perintah Allah secara ikhlas dan
meninggalkan segala laranganNya
2. Syukur,
yaitu selalu berterimakasih kepada Allah dengan memujiNya, berterimakasih
kepada siapapun yang menolongnya dan menggunakan segala yang dimiliki dengan
penuh manfaat
3. Ikhlas,
yaitu melakukan perbuatan secara tulus tanpa pamrih.
4. Sabar,
yaitu melaksanakan perintah Allah dengan penuh ketundukan dan menerima semua
takdir Allah dengan tabah dan lapang dada.
5. Tawakal,
yaitu menyerahkan semua urusan kepada Allah dan siap menerima apapun yang
diputuskan Allah
6. Qanaah,
yaitu menerima semua ketentuan Allah dengan rela dan merasa cukup dengan apa
yang dimiliki
7. Adil,
yaitu membagi sesuatu secara sama dan seimbang dan tidak pilih kasih
8. Rendah
hati, yaitu selalu merasa tidak bisa meskipun sebenarnya bisa dan tidak
meremehkan orang lain.
9. Pemaaf.
Menurut Gay
Hendrick dan Kate Ludeman dalam Ari Ginanjar, terdapat beberapa sikap religius
yang tampak dalam diri sesorang dalam menjalankan tugasnya, diantaranya :
a) Kejujuran,
rahasia untuk meraih sukses adalah selalu berkata jujur. Mereka menyadari,
ketidak jujuran pada akhirnya akan mengakibatkan diri mereka sendiri terjebak
dalam kesulitan yang berlarut-larut.
b) Keadilan,
salah satu skill seseorang religius adalah mampu bersikap adil kepada semua
pihak, bahkan saat dia terdesak sekalipun.
c) Bermanfaat
bagi orang lain, hal ini merupakan salah satu bentuk sikap religius yang tampak
dari diri seseorang. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Sebaik-baik manusia
adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lain”.
d) Disiplin
tinggi, mereka sangatlah disiplin. Kedisiplinan mereka tumbuh dari semangat
penuh gairah dan kesadaran, bukan dari keharusan atau keterpaksaan.
e) Keseimbangan,
seseorang memiliki sikap religius sangat menjaga keseimbangan hidupnya.
f)
Rendah hati, sikap
rendah hati merupakan sikap yang tidak sombong mau mendengarkan pendapat orang
lain dan tidak memkasakan kehendaknya.
Untuk mengukur
dan melihat bahwa sesuatu itu menunjukkan sikap religius atau tidak, dapat
dilihat dari karakteristik sikap religius. Ada beberapa hal yang dapat
dijadikan indikator sikap religius seseorang, yakni :
a. Komitmen
terhadap perintah dan larangan Allah
c. Bersemangat
mengkaji ajaran agama
d. Aktif
dalam kegiatan agama
e. Menghargai
simbol-simbol keagamaan
f.
Akrab dengan kitab suci
g. Mempergunakan
pendekatan agama dalam menentukan pilihan
h. Ajaran
agama dijadikan sebagai sumber pengembangan ide
Sikap spiritual dalam Kurikulum 2013 atau lebih
dikenal dengan sikap spiritual diletakkan pada KI-1. Hal ini menunjukkan bahwa
elemen sikap ini merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam diri
siswa. Boleh jadi, karena karakter siswa tentang ketuhanan ini kurang mendalam,
maka mempengaruhi sikap dan karakter yang lainnya. Hal ini dikarenakan sikap
spiritual adalah sifat dasar manusia yang melandasi sifat dan sikap sosial
lainnya. Oleh karenanya, pengintegrasian sikap spiritual ini sangatlah penting
disampaikan oleh guru kepada siswa melalui mata pelajaran yang diampunya agar
secara berkala, sedikit demi sedikit, siswa mampu memahami pentingnya sikap
spiritual ini dan mampu menanamkannya dalam dirinya sendiri.
Sikap spiritual
diyakini dapat dikembangkan dengan baik melalui implementasi pembelajaran fisika
pada setiap jenjang pendidikan sekolah seiring dengan meningkatnya usia siswa
pada kelas tertentu. Mata pelajaran fisika di SMA bertujuan agar siswa mampu
menguasai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya serta mampu
menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang
Maha Esa. Pengetahuan fisika akan bermanfaat bagi siswa hanya jika pengetahuan
tersebut mempunyai fleksibilitas terhadap studi lanjut maupun dunia kerja.
Harus diingat bahwa pendidikan fisika tidak semata-mata ditujukan untuk
menghasilkan saintis, akan tetapi lebih pada usaha membantu siswa memahami arti
pentingnya berpikir secara kritis terhadap ide-ide baru yang nampaknya bertentangan
dengan pengetahuan yang telah diyakini kebenarannya.
E.
Pembelajaran
Fisika
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk
mengembangkan kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika
sehingga dalam proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi
atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam pembelajaran fisika,
pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman
langsung akan sangat berarti dalam membentuk konsep siswa secara induktif
berdasar fakta-fakta empiris di lapangan.
Selanjutnya secara garis besar pembelajaran Fisika seperti
yang diungkapkan oleh Abu Hamid (Sulistyono, 1998:12), adalah sebagai berikut:
1. Proses belajar Fisika bersifat untuk
menentukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam, serta untuk dapat
menimbulkan reaksi, atau jawaban yang dapat dipahami dan diterima secara
objektif, jujur dan rasional.
2. Pada hakikatnya mengajar Fisika
merupakan suatu usaha untuk memilih strategi mendidik dan mengajar yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan, dan upaya untuk menyediakan
kondisi-kondisi dan situasi belajar Fisika yang kondusif, agar murid secara
fisik dan psikologis dapat melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep,
prinsip, teori, dan hukum-hukum alam serta menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Pada hakikatnya hasil belajar Fisika
merupakan kesadaran murid untuk memperoleh konsep dan jaringan konsep Fisika
melalui eksplorasi dan eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya
sehari-hari.
Pada hakikatnya,
ilmu fisika merupakan sebuah kumpulan pengetahuan atau jalan berfikir dan cara
untuk penyelidikan. Dalam penerapan ilmu fisika harus memperhatikan hakikat
ilmu fisika sebagai berikut.
a. Fisika
Sebagai Produk
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan
manusia, terjadi interaksi antara manusia dan lingkungannya. Interaksi itu
memberikan pembelajaran kepada manusia sehingga menemukan pengalaman yang
semakin menambah pengetahuan dan kemampuannya serta berubah perilakunya. Dalam
wacana ilmiah, hasil-hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang
kreatif dari para ilmuan di inventarisasi, dikumpulkan dan disusun secara
sistematis menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang kemuadian disebut sebagai
produk atau a body of knowledge.
Pengelompokan hasil-hasil penemuan itu menurut bidang kajian yang sejenis
menghasilkan ilmu pengetahuan yang kemudian disebut sebagai fisika, kimia, dan
biologi. Untuk fisika, kumpulan pengetahuan itu dapat berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum, rumus, teori dan model.
1)
Fakta
Fakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya
dari segala peristiwa yang terjadi di alam. Fakta merupakan dasar bagi konsep,
prinsip, hukum, teori atau model. Sebaliknya kita juga dapat menyatakan bahwa,
konsep, prinsip, hukum, teori, dan model keberadaannya adalah untuk menjelaskan
dan memahami fakta.
2) Konsep
Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek,
fenomena dan fakta. Konsep memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu.
Menurut Bruner, Goodnow dan Austin (collette dan chiappetta : 1994) dalam
Sutrisno (2006) konsep memiliki lima elemen atau unsur penting yaitu nama,
definisi, atribut, nilai (value), dan contoh. Yang dimaksud dengan atribut itu
misalnya adalah warna, ukuran, bentuk, bau, dan sebagainya. Sesuai dengan
perkembangan intelektual anak, keabstrakan dari setiap konsep adalah berbeda
bagi setiap anak. Menurut Herron dan kawan-kawan (dalam Collette dan Chiappetta
1994), konsep fisika dapat dibedakan atas konsep yang baik contoh maupun
atributnya dapat diamati, konsep yang contohnya dapat diamati tetapi atributnya
tidak dapat diamati, dan konsep yang baik contoh maupun atributnya tidak
dapatdiamati.
3)
Prinsip dan hukum
Istilah prinsip dan hukum sering sering digunakan
secara bergantian karena dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk
oleh fakta atau fakta-fakta dan konsep atau konsep-konsep. Ini sangat perlu
dipahami bahwa, hukum dan prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam
(fakta), melainkan kejadian alam (fakta) yang dijelaskan keberadaannya oleh
prinsip dan atau hukum.
4)
Rumus
Rumus
adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip, hukum, dan
teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-konsep
dan variable-variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat dinyatakan secara
matematis.
5)
Teori
Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang
tersembunyi atau tidak dapat langsung diamati, misalnya teori atom, teori
kinetik gas, teori relativitas. Teori tetaplah teori tidak mungkin menjadi
hukum atau fakta. Teo bersifat tentatif sampai terbukti tidak benar dan
diperbaiki. Hawking (1988) yang dikutip oleh Collette dan Chiappetta (1994)
dalam Sutrisno (2006) menyatakan bahwa “kita tidak dapat membuktikan kebenaran
suatu teori meskipun banyak hasil eksperimen mendukung teori tersebut, karena
kita tidak pernah yakin bahwa pada waktu yang akan dating hasilnya tidak akan
kontradiksi dengan teori tersebut, sedangkan kita dapat membuktikan
ketidakbenaran suatu teori cukup dengan hanya satu bukti yang menyimpang.Jadi,
teori memiliki fungsi yang berbeda dengan fakta, konsep maupunhukum”
6)
Model
Model adalah sebuah presentasi yang dibuat untuk
sesuatu yang tidak dapat dilihat.. Model sabgat berguna untuk membantu memahami
suatu fenomena alam, juga berguna untuk membantu memahami suatu teori. Sebagai
contoh, model atom Bohr membantu untuk memahami teori atom.
b. Fisika
Sebagai Proses
Fisika
sebagai proses atau juga disebut sebagai a way of investigating memberikan gambaran mengenai bagaimana
ilmuwan bekerja melakukan penemuan-penemuan. Jadi, fisika sebagai proses
memberikan gambaran mengenai pendekatan yang digunakan untuk menyusun
pengetahuan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman fisika
sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan,
pengamatan, pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Pembelajaran yang
merupakan tugas guru termasuk ke dalam bagian mempublikasikan. Dengan demikian,
pembelajaran fisika sebagai proses hendaknya berhasil mengembangkan
keterampilan proses sains pada diri siswa.
c. Fisika
Sebagai Sikap
Dari
penjelasan mengenai hakikat fisika sebagai produk dan hakikat fisika sebagai
proses diatas, tampak terlihat bahwa penyusunan pengetahuan fisika diawali
dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan
penyelidikan atau percobaan, yang ke semuanya itu memerlukan proses mental dan
sikap yang berasal dari pemikiran. Jadi, dengan pemikirannya orang bertindak
dan bersikap sehingga akhirnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan
ilmiah.Pemikiran-pemikiran para ilmua yang bergrak dlam bidang fisika itu
menggambarkan rasa ingin tahu dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi
dengan rasa percaya, sikap objektif, jujur, dan terbuka serta mau mendengarkan
pendapat orang lain. Sikap-sikap itulah yang kemudian memaknai hakikat fisika
sebagai sikap atau a way of thinking.
Dari beberapa
pendapat tentang Fisika di atas dapat disimpulkan bahwa Fisika adalah salah
satu cabang dari IPA yang menerangkan gejala-gejala alam yang bersifat fisik
yang dapat dipelajari melalui pengamatan, eksperimen, serta teori. Secara
pengamatan dan eksperimen, Fisika dapat dipelajari dengan kegiatan berdasarkan
analisis rasional dengan berpijak pada teori yang telah ditemukan sebelumnya.
Hasil-hasil Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan
teori. Fisika meliputi proses, sikap dan produk. Proses Fisika berupa
aktivitas-aktivitas yang bertujuan mempelajari, menggali, mencari, dan
menyelidiki kejadian alam. Sikap fisika berupa sikap mental yang diperlukan
selama melakukan proses kegiatan Fisika (jujur, terbuka, kritis, menghargai
pendapat orang lain). Produk Fisika adalah hasil kegiatan Fisika berupa konsep,
hukum, dan teori yang tersusun berdasarkan fakta-fakta alam.
Fisika
adalah mata pelajaran yang terkandung dalam pembelajaran di sekolah. Materi
pelajaran fisika sangat penting dipelajari oleh setiap peserta didik.
Berdasarkan Depdiknas (2008) mata pelajaran fisika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan berikut :
a.
Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
b.
Memupuk sikap ilmiah yang jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan
dspat bekerja sama dengan orang lain.
c.
Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan, mengajukan, dan menguji
hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan,
mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil
percobaan secara lisan dan tertulis.
d.
Mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir analisis, induktif, dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
e.
Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri serta bekal untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Dari tujuan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa banyak manfaat mempelajari mata pelajaran
fisika terutama bagi diri peserta didik itu sendiri.
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk
mengembangkan kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika
sehingga dalam proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi
atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam pembelajaran fisika,
pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman
langsung akan sangat berarti dalam membentuk konsep siswa secara induktif
berdasar fakta-fakta empiris di lapangan.
Selanjutnya secara garis besar pembelajaran Fisika seperti
yang diungkapkan oleh Abu Hamid (sulistyono,1998:12), adalah sebagai berikut:
1.
Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep,
prinsip, teori, dan hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi,
atau jawaban yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan
rasional.
2.
Pada hakikatnya mengajar Fisika merupakan suatu usaha untuk
memilih strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi belajar
Fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat melakukan
proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam
serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Pada hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan kesadaran
murid untuk memperoleh konsep dan jaringan konsep Fisika melalui eksplorasi dan
eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.
Setiap proses
pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai begitu pula dengan pembelajaran
fisika. Berdasarkan Permendikbud Nomor 59 tahun 2014, pembelajaran Fisika
SMA/MA bertujuan untuk :
a. Menambah
keimanan peserta didik dengan menyadari hubungan keteraturan, keindahan
alam, dan kompleksitas alam dalam jagad
raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya;
b.
Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur,
teliti, cermat, tekun, ulet, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka,
kritis, kreatif, inovatif dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap ilmiah
dalam melakukan percobaan dan berdiskusi;
c.
Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil
percobaan; memupuk sikap ilmiah yaitu jujur,
obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain;
d.
Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan metode ilmiah dalam merumuskan masalah, mengajukan dan menguji
hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan,
mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil
percobaan secara lisan dan tertulis;
e.
Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif;
f.
Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pembelajaran
fisika bertujuan untuk menghasilkan siswa yang memiliki potensi baik dalam sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran fisika sesuai dengan
pembelajaran kurikulum 2013 adalah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki
peserta didik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran Fisika ini, peran guru
sangatlah penting yaitu sebagai mediator dan fasilitator dalam menyampaikan
materi pembelajaran yang mudah dipahami siswa. Hal yang dapat dilakukan guru
adalah mengembangkan media pembelajaran Fisika sehingga siswa termotivasi untuk
belajar.
Pernyataan
berikut ini sangat cocok untuk menjadi pedoman dan penetapan arah ke mana
pembelajaran IPA/fisika sebaiknya dilakukan: You know you can’t enjoy a game
unless you know its rules-whether it’s a ball game, a computer game, or simply
a party game. Likewise, you can’t fully appreciate your surroundings untill you
understand the rules of nature (Paul G. Hewitt, 1993). Pernyataan tersebut
memberi wawasan yang jelas bahwa pemahaman terhadap aturan alam adalah syarat
mutlak bagi kita untuk dapat mengapresiasinya. Paul G. Hewitt (1993) menyatakan
di dalam bukunya yang berjudul: Conceptual Physics bahwa physics is about the
rule of nature. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari atau mengkaji benda-benda yang ada di alam, gejala-gejala,
kejadian-kejadian alam serta interaksi dari benda-benda di alam tersebut secara
fisik dan mencoba merumuskannya secara matematis. Dalam fisika terdapat dua hal
yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, yaitu pengamatan dalam
eksperimen dan telaah teori. Menurut Zen dalam Sumaji, dkk (1998: 161), sains
adalah suatu eksplorasi ke dalam materi berdasarkan observasi, dan yang mencari
hubungan-hubungan alamiah yang teratur mengenai fenomena yang diamati serta
bersifat mampu menguji diri sendiri. Selama ini, proses pembelajaran fisika cenderung
pada teori dan penyelesaian soal yang berlangsung di dalam kelas. Pembelajaran
fisika cenderung berpacu pada buku pelajaran. Akibatnya, pemahaman siswa masih
sebatas teori sedangkan dalam aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari masih
kurang. Hal tersebut dikarenakan banyak guru yang belum menyadari pentingnya
memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa dengan menunjukkan objek
konkret yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Pengalaman belajar
langsung dapat berupa kegiatan eksplorasi alam sekitar, eksperimen,
demonstrasi, proyek ataupun pembelajaran di luar kelas seperti outbond. IPA
termasuk fisika bukanlah sekedar bangun pengetahuan (body of knowledge) yang
terdiri atas konsep, prinsip, hukum, dan teori, sebab fisika juga merupakan aktivitas
sosial yang menggabungkan nilai-nilai kemanusiaan seperti rasa ingin tahu,
kreativitas, imajinasi, dan keindahan. Oleh karena itu, dalam proses belajar
siswa harus dapat merasakan bahwa nilai-nilai tersebut sebagai bagian tak
terpisahkan dari pengalamannya. Siswa harus dapat merasakan bahwa fisika
merupakan proses untuk memperluas wawasan dan meningkatkan pemahaman tentang
alam dan segala isinya. Sains menurut Chiappetta and Koballa (2010: 105), pada
hakikatnya merupakan: (1) cara atau jalan berpikir (a way of thinking), (2)
cara untuk penyelidikan (a way of investigating), (3) kumpulan pengetahuan (a
body of knowledge), dan (4) hasil interaksi dengan teknologi dan masyarakat
(science and its interactions with technology and society).
Menurut teori Piaget
yang dikutip oleh Aiken (1988), seorang anak menjadi tahu dan memahami sains
melalui interaksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Menurut teori ini, siswa
harus membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan observasi, eksperimen,
diskusi, dan lain-lain. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa melalui proses
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses pemahaman lingkungan
menggunakan struktur kognitif yang sudah dibangun tanpa mengadakan
perubahanperubahan. Akomodasi adalah pemahaman lingkungan dengan terlebih
dahulu memodifikasi struktur kognitif yang sudah dibangun untuk membentuk
struktur kognitif yang baru berdasarkan rangsangan yang diterimanya (Aiken,
1988). Implikasi-implikasi teori Piaget terhadap pembelajaran fisika termasuk
IPA, menurut Sund dan Trowbridge (1973) adalah bahwa guru harus memberi
kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk berpikir dan menggunakan
akalnya. Mereka dapat melakukannya dengan jalan terlibat secara langsung dalam
berbagai kegiatan seperti diskusi kelas, pemecahan soal, maupun bereksperimen.
Dengan kata lain, siswa jangan hanya dijadikan objek yang pasif dengan beban
hafalan berbagai macam konsep dan rumus-rumus. Dalam fisika memang terdapat
banyak rumus, namun Paul G. Hewitt (1993) menyatakan bahwa rumus-rumus dalam
fisika itu lebih berfungsi sebagai panduan berpikir daripada sekedar resep
dalam perhitungan.
A. Perumusan
Indikator Sikap Spiritual
Kompetensi Dasar
|
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Pengembangan Indikator Sikap
Spiritual
|
Capaian Indikator
Sikap Spiritual
|
3.8 Menjelaskan tekanan zat dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari,
termasuk tekanan darah, osmosis, dan kapilaritas jaringan angkut pada
tumbuhan
|
3.8.1 Menjelaskan konsep tekanan
|
1.8.1
Menciptakan
sikap tafakuri akan kebesaran Allah melalui penjelasan Konsep tekanan
|
Melalui
materi ini peserta didik dapat menambah rasa syukur terhadap kebesaran Allah
SWT yang telah menciptakan konsep tekanan dalam sifat fisis kaki bebek dan ayam yang berbeda bentuk.
|
3.8.2 Menganalisis hubungan antara gaya dan luas
permukaan terhadap besarnya tekanan
|
1.8.2
Menumbuhkan
rasa syukur akan kebesaran allah melalu konsep gaya dan luas prmukaan
terhadap besarnya tekanan
|
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah
rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menambahkan ilmu tentang adanya hubungan antara gaya dan
luas permukaan terhadap besarnya tekanan yang terjadi pada koin yang di letakkan mendatar dengan keadaan tegak pada
sebuah plastisin.
|
|
3.8.3 Menjelaskan hukum Archimedes
|
1.8.3
Menumbuhkan
rasa yakin dalam hukum archimedes bahwasanya tidak ada hukum yang paling
utama selain hukum Allah
|
Pembelajaran
tentang hukum Archimedespeserta didik menambah kayakinan dan tafakur akan kebesaran
Allah SWT bahwa tidak ada yang terjadi di dunia ini kecuali atas kehendak
Allah SWT pada timba dari
sumur ketika masih dalam air proses mengangkatnya lebih mudah di bandingkan
timba yang sudah mencapai udara, akan lebih terasa berat.
|
|
3.8.4 Menerapkan hukum Pascal pada benda dalam
kehidupan sehari-hari
|
1.8.4
Menciptakan
keyakinan akan kebesaran allah melalui aplikasi berupa kolam yang
permukaannya tetap rata walaupun kedalaman berbeda dan keadaannya miring
|
Melalui
materi ini peserta didik dapat menambah rasa syukur kepada Allah SWT yang
telah menciptakan hukum pascal pada benda dan sesuai dengan firman Allah
dalam surat Azzumar:27 (Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al
Qur‘an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat memetik pelajaran)
sehingga manusia dapat memanfaatkan hukum pascal dalam kehidupan sehari-hari
|
|
3.8.5 Mengaitkan teori tekanan zat dengan proses
pengangkutan zat padatumbuhan dan tekanan darah
|
1.8.5
Menumbuhkan
rasa syukur akan kebesaran allah melalui kaitan konsep tekanan zat dengan
tekanan darah pada manusia
|
Melalui
materi ini peserta didik dapat menambah kesadaran dan rasa syukur
kepada Allah SWT yang telah menciptakan jantung bagi manusia agar darah dapat
di pompa ke seluruh tubuh dan tekanan darah manusia dapat stabil.
|
|
3.8.6 Menerapkan prinsip tekanan zat gas pada
benda dalam kehidupansehari-hari
|
1.8.6
Menumbuhkan
sikap tafakuri dalam penerapan konsep tekanan gas pada benda
|
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah
rasa tafakuri akan kebesaranAllah SWT yang telah menciptakan udara yang di muka bumi ini sehingga
manusia dapat memanfaatkannya dalam konsep tekanan zat gas pada balon udara
|
|
3.8.7 Menganalisis penerapan
hukum Archimedes pada
benda yangterapung, melayang,
dan tenggelam di dalam air
|
1.8.7
Menumbuhkan
sikap tafakuri akan kebesaran allah yang telah menciptakan makhluk hidup bisa
merasakan penerapan hukum archimedes saat terapung, melayang dan tenggelam
|
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah
rasa tafakuri akan
kebesaran Allah SWT yang telah
menciptakan makhluk hidup, kita bisa beraktifitas seperti berenang
dalam berbagai keadaan yaitu dapat terapung, melayang, dan tenggelam. Tanpa
izin Allah semua itu tidak akan terjadi
|
|
3.8.8 Menganalisis tekanan zat cair pada
kedalaman tertentu
|
1.8.8
Menumbuhkan
rasa syukur akan kebesaran Allah SWT kedalaman suatu zat mempengaruhi tekanan
zat cairs
|
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah
rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan zat cair yang semakin
dalam zat cair tersebut tekanannya semakin besar
|
|
3.8.9 Menganalisis
prinsip tekanan pada proses kapilaritas dalam
pengangkutan zat pada tumbuhan
|
1.8.9
Menumbuhkan
rasa syukur akan kebesaran allah yang telah menciptakan makhluk hidup seperti
tumbuhan yang bisa bertahan hidup karena proses kapilaritas dalam
pengangkutan suatu zat.
|
Melalui materi ini peserta didik dapat menambah
rasa syukur kepada Allah SWT yang dengan izin Allah air dapat naik ke daun
melalui proses kapilaritas dengan prinsip tekanan.
|
B. Instrumen
Penilaian Sikap Spiritual
ANGKET OBSERVASI
PESERTA DIDIK
SATUAN PENDIDIKAN : SMAN 14 PADANG
MATA PELAJARAN : FISIKA
HARI/TANGGAL :
PETUNJUK PENGISIAN :
1.
Berikan
tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat dan tuliskan
pendapat mu pada tempat yang telah disedaikan
2.
Huruf
– huruf yang terdapat pada kolom yang dimaksud berarti :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
No
|
Pernyataan
|
JAWABAN
|
|||
SS
|
S
|
KS
|
TS
|
||
1
|
Melalui
materi ini dapat menambah rasa syukur terhadap kebesaran Allah SWT yang telah
menciptakan konsep tekanan dalam sifat fisis kaki bebek dan ayam yang berbeda bentuk.
|
||||
2
|
Melalui
materi ini dapat menambah rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menambahkan
ilmu tentang adanya hubungan antara gaya dan luas permukaan terhadap besarnya tekanan yang terjadi pada koin yang di letakkan mendatar
dengan keadaan tegak pada sebuah plastisin.
|
||||
3
|
Pembelajaran
tentang hukum Archimedespeserta didik menambah kayakinan dan tafakur akan kebesaran
Allah SWT bahwa tidak ada yang terjadi di dunia ini kecuali atas kehendak
Allah SWT pada timba dari
sumur ketika masih dalam air proses mengangkatnya lebih mudah di bandingkan
timba yang sudah mencapai udara, akan lebih terasa berat.
|
||||
4
|
Melalui materi ini dapat menambah rasa
syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan hukum pascal pada benda dan
sesuai dengan firman Allah dalam surat Azzumar:27 (Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi
manusia dalam Al Qur‘an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat
memetik pelajaran) sehingga manusia dapat memanfaatkan hukum pascal dalam
kehidupan sehari-hari
|
||||
5
|
Melalui
materi ini dapat menambah kesadaran
dan rasa syukur kepada Allah SWT yang
telah menciptakan jantung bagi manusia agar darah dapat di pompa ke seluruh
tubuh dan tekanan darah manusia dapat stabil.
|
||||
6
|
Melalui materi ini dapat menambah rasa
tafakuri akan kebesaranAllah SWT yang telah menciptakan udara yang di muka bumi ini sehingga saya dapat
memanfaatkannya dalam konsep tekanan zat gas pada balon udara yang tertera
dalam firman allah surat Al-An’am:125 (Barang siapa dikehendaki allah untuk
menunjukannya, dia akan melapangkan dadanya kepada islam. Dan barang siapa
yang dikehendaki allah untuk menyesatkanya dia akan menjadikan dadanya sempit
lagi sesak, seolah – olah ia sedang naik ke langit)
|
||||
7
|
Melalui materi ini dapat menambah rasa tafakuri akan kebesaran
Allah SWT yang telah menciptakan makhluk hidup, kita bisa beraktifitas seperti berenang
dalam berbagai keadaan yaitu dapat terapung, melayang, dan tenggelam. Tanpa
izin Allah semua itu tidak akan terjadi
|
||||
8
|
Melalui materi ini dapat menambah rasa syukur
kepada Allah SWT yang telah menciptakan zat cair yang semakin dalam zat cair
tersebut tekanannya semakin besar
|
||||
9
|
Melalui materi proses kapilaritas dengan prinsip
tekanan dapat menambah rasa syukur kepada Allah SWT yang dengan izin Allah
air dapat naik ke daun.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi
Pembelajaran. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Bafadal, ibraahim. 2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah dasar. Jakarta
: Kemendikbud Pendidikan Dasar.
Dayakisni, Tri. 2009. Psikologi
Sosial. Malang: UMM Press.
Djali. 2006. Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kedua. Jakarta : Balai pustaka.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan
Sekolah Menengah Atas.
Festiyed. 2017. Evaluasi Pembelajaran
Fisika. Padang: Sukabina Press
Marzuki.2015. Pendidikan Karakter Islam. Jakarta : Amzah.
Ilyas Ismail.2013. True Islam: Moral, Intelektual, Spiritual. Jakarta: Mitra Wacana
J.P. Caplin. 1998. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pres.
Lickona,
Thomas. 2012. Educating for Character. Mendidik untuk Membentuk Karakter.
Jakarta: Bumi Aksara.
Majid, Abdul. 2014.Penilaian Autentik
Proses dan Hasil Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66
Tahun 2013 Bab II bagian E tentang
Standar Penilaian Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2018 tentang penilaian hasil
belajar
Sanjaya,
Wina. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana
Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sumandi Suryabrata. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT.
Grafindo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
0 comments: