Monday, February 17, 2020

Assessment Literacy

Pengertian Assessment Literacy

1.      Pengertian Asesmen

a.        S.Eko Putro Widoyoko

Pengertian assessment menurut S.Eko Putro Widoyoko adalah kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu.

b.        Djadja Rahadja

Pengertian assessment menurut Djadja Rahardja adalah proses pengumpulan informasi dengan mempergunakan alat dan teknik yang sesuai, untuk membuat keputusan pendidikan berkenaan dengan penempatan dan program pendidikan bagi siswa tertentu.

c.         Richard I.Arends (2008)

Pengertian assessment menurut Richard I. Arends adalah proses pengumpulan informasi tentang siswa dan kelas untuk maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional.

d.             Palomba dan Banta (1999)

Pengertian assessment menurut Palomba dan Banta adalah Assessment is the systematic collection, review, and use of information about educational programs undertaken for the purpose of improving student learning and development. Dengan arti asesmen adalah pengumpulan, reviu, dan penggunaan informasi secara sistematik tentang program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar dan perkembangan siswa.

e.             Terry Overtun (2008)

Pengertian assessment menurut Terry Overtun Assessment is a process of gathering information to monitor progress and make educational decisions if necessary. As noted in my definition of test, an assessment may include a test, but also include methods such as observations, interview, behavior monitoring, etc. Dengan arti asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu penilaian bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti obsevasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya.

f.               Bob Kizlik (2009)

Pengertian assessment menurut Bob Kizlik Assessment is a process by which information is obtained relative to some know objective or goal. Tests are assessment made under contrived circumstances especially so that they may be administered. In other words, all tests are assessments, but not all assessments are tests. Dengan arti asesmen adalah suatu proses dimana informasi diperoleh berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Penilaian adalah istilah yang luas yang mencakup tes (pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari penialain. Tes adalah salah satu bentuk penilaian. Dengan kata lain, semua tes merupakan penilaian, namun tidak semua penilaian berupa tes

g.        James A.Poteet Dan Ronald C Eaves (1985)

Pengertian assessment menurut James A.Poteet Dan Ronald C Eaves adalah proses pengumpulan informasi. Untuk guru, penilaian dilakukan sebagai tujuan memutuskan keterampian mengajar.

h.      Hargrove dan Poteet (1984)

Pengertian assessment menurut Hargrove dan Poteet, Assessment is the process of gathering information, using appropriate tools and technique. Dengan arti asesmen adalah proses mengumpulkan informasi, dengan menggunakan alat dan teknik yang layak.

i.        NSW Departemen of Education (Arthur 1996:324)

Pengertian assessment menurut NSW Departemen of Education, Assessment is the process of gahtering evidance and making judgement about student’s needs, strenghts, abilities and eachievement. Dengan arti asesmen adalah proses mengumpulkan fakta-fakta dan membuat keputusan tentang kebutuhan siswa, kekuatan, kemampuan, dan kemajuannya.

j.        Suharsimi Arikunto (2009)

Pengertian assessment menurut Suharsimi Arikunto adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kulitatif

k.      Cangelosi (1995:21)

Pengertian assessment menurut Cangelosi adalah keputusan tentang nilai. Oleh sebab itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilaksanakan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.
l.        Linn dan Gronlund
Asesmen merupakan suatu istilah umum yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar peserta didik (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar.
m.    Nitko
Asesmen merupakan istilah umum yang mendefinisikan sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para peserta didik, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau instrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu.
Dari beberapa pengertian asesmen menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangya meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun informal.

2.      Pengertian Literacy

Sedangkan untuk literasi berasal dari bahasa Inggris yaitu literacy, dan berasal dari bahasa Latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya. Sedangkan secara harfiah literasi berasal dari kata Literacy yang berarti melek huruf/gerakan pemberantasan buta huruf. Adapun pengertian literasi menurut pendapat para ahli yaitu:
a.        Programme for International Student Assessment (PISA, 2006)
Literasi adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan.
b.        Organization for Economic Cooperation and Development (OECD, 2003)
Literasi didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia.
c.         AAAS (American Association for the Advancement of Science)
literasi adalah sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam. 

d.        Goody (1999)

Menurutnya, pengertian literasi dalam arti sempit adalah kemampuan untuk membaca dan menulis.

e.        Alberta (2009)

Menurutnya, arti literasi bukan hanya sekedar kemampuan untuk membaca dan menulis namun menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi secara efektif dan mampu mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat).

f.          Kern (2000)

Menurut Kern, Pada dasarnya terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi antara lain: literasi melibatkan interpretasi, kolaborasi, konvensi,pengetahuan kultural, pemecahan masalah, releksi dan refleksi diri, serta penggunaan bahasa.

g.        Cordon (2003).

Mengungkapkan, definisi literasi adalah sumber ilmu yang menyenangkan yang mampu membangun imajinasi mereka untuk menjelajah dunia dan ilmu pengetahuan

h.        Wells (1987)

Berpendapat bahwa pengertian literasi adalah umenyatakan terdapat empat tingkatan dalam literasi yaitu: literasi performatif (literacy performative), literasi fungsional (literacy functional). Literasi informasi (Literacy informational) dan literasi epistemik (literacy epictemic).

i.          Jeanne R et al (2007)

Menurutnya, bahwa ada tiga tahapan yang dapat diamati dalam perkembangan literasi seseorang. Perkembangan ini muncul karena faktor motivasi instrinsik peserta didik yaitu: memilih membaca dan menulis, menemukan kesenangan dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan literasi, sadar menerapkan pengetahuan untuk lebih dalam memahami dan menulis teks.

j.          Irene dan Gay (2001)

Mengatakan bahwa nilai-nilai literasi yang berkualitas tergambar dari ketika siswa berhasil menerapkan apa yang telah mereka pelajari dan dituangkan kedalam tulisan mereka sendiri.

k.        National Literacy Forum (2014)

Menyatakan bahwa ada empat  cara yang harus dilakukan dalam membangun literasi yang universal yaitu: meningkatkan kemampuan bahasa sejak dini di rumah dan dalam pendidikan non formal, lebih  mengefektifkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan keterampilan membaca dan menulis di sekolah, adanya akses untuk membaca dan program yang membuat anak merasa senang melakukan kegiatan literasi, menciptakan kerjasama antara sekolah, lingkungan, keluarga dan lingkungan kerja untuk dapat mendukung budaya literasi.

l.          Sulzby (1986)

Pengertian Literasi adalah kemampuan berbahasa seseorang (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) untuk berkomunikasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, pengertian literasi adalah kemampuan membaca dan menulis.

m.      Graff (2006)

Graff mendefinisikan literasi sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis.
            Dari beberapa pengertian literasi menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengenal huruf, menghitung, menyimak, membaca, yang dapat menambah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi secara efektif dan mampu mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

3.      Pengertian Asessment Literacy

Menurut Webb, Norman (2002), Assessment Literacy is defined as the knowledge of :
a.      The means for Assesing what students know and can do
b.      The interpretation of the result from these assessment
c.       Application of assessment result to improve student learning and program effectiveness.
Webb menjelaskan bahwa asesmen literasi merupakan pengetahuan tentang cara untuk memahami apa yang peserta didik ketahui dan apa yang dapat dia lakukan, penafsiran dari hasil penilaian diri, dan penerapan hasil penilaian untuk meningkatkan efektivitas belajar dan efektivitas program.
Selanjutnya, menurut Stiggins (1991), assessement literares ask two key questions about all assessment of student achievement yaitu asesmen literasi mengajukan dua pertanyaan kunci tentang semua penilaian prestasi belajar peserta didik, yakni :
a.      What does this assessment tell students about the achievement outcomes we value?
b.      What is likely to be the effect of this assessment on students?
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan asesmen literasi adalah kemampuan seorang guru dalam proses pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangya meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun informal.
Ada dua alasan mengapa konsep assessment literacy meningkat selama dekade terakhir, yaitu :
1.      Pertama, kemunculan reformasi berbasis standar telah membuat harapan peserta didik untuk belajar lebih eksplisit dan telah meningkatkan kebutuhan akan langkah-langkah untuk menentukan apakah peserta didik telah mencapai harapan belajar tersebut.
2.      Kedua, ada penerimaan yang lebih besar untuk menggunakan berbagai bentuk penilaian, seperti penilaian yang dirujuk dan penilaian referensi acuan
Namun, penekanan yang lebih besar pada harapan belajar dan penggunaan penilaian alternatif yang lebih formal telah meningkatkan batas pada pendidik dan pribumi untuk memahami bagaimana pembelajaran peserta didik dapat dinilai secara memadai dan makna apa yang harus diberikan pada informasi yang dihasilkan.
Terdapat tujuh standar yang harus dimiliki oleh pendidik sebagai acuan bagaimana seorang pendidik harus terampil dalam pelaksanaan asesmen literasi :
1.      Memilih metode penilaian yang sesuai untuk keputusan instruksional
2.      Mengembangkan metode penilaian yang sesuai untuk keputusan instruksional
3.      Mengelola, mencetak, dan menafsirkan hasil dari kedua metode penilaian hasil produksi dan pendidik yang dihasilkan secara eksternal
4.      Menggunakan hasil penilaian saat membuat keputusan tentang masing-masing peserta didik, merencanakan pengajaran, pengembangan kurikulum, dan perbaikan sekolah
5.      Mengembangkan prosedur penilaian yang valid, yaitu menggunakan penilaian murid
6.      mengkomunikasikan hasil penilaian kepada siswa, orang tua, pendengar awam lainnya, dan pendidikan lainnya
7.      mengenali metode penilaian yang tidak etis, ilegal, dan tidak tepat dan penggunaan informasi penilaian (Webb, 2002)

C.     Jenis-Jenis Assessment Literacy
Assesmen literasi sangat pentig dimiliki oleh seorang guru yang merupakan penilai terhadap proses pembelajaran oleh peserta didik. Lebih lanjut, Stiggins (2004:16) menegaskan bahwa seperempat sampai sepertiga waktu guru semestinya digunakan untuk penilaian terkait proses pembelajaran Oleh karena itu guru harus mengetahui dan memahami jenis-jenis penialain apa yang akan dia gunakan. Ada empat jenis assemen literasi yaitu:
1.      Norm referenced test (acuan normatif)
Dirancang untuk memeriksa kinerja individu dalam kaitannya dengan kinerja perwakilan kelompok. Karakteristik :
a.       Digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya.
b.      Menggunakan kriteria yang bersifat “relative”.
c.       Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan peserta didik tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
2.      Criteria Referenced Test (acuan patokan)
Dalam pengukuran ini peserta didik dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan peserta didik yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tergantung pada penguasaaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional. Jadi, tes acuan patokan terikat dengan tolok ukur untuk prestasi peserta didik. Karakteristiknya:
a.       Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain tugas- belajar dengan tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas pembelajaran.
b.      Menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para peserta didik. Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa menhilangkan item atau soal yang memiliki tingkat kesulitan rendah.
c.       Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar.
Menurtu Dick dan Carey (2008) acuan dapat dilakukan sebagai:
a.       Tes prasyarat
b.      Pre test
c.       Post test
3.      Curriculum Based Assesment (assesmen berdasarkan kurikulum)
adalah metode sistematis untuk menilai keterampilan dasar akademik peserta didik dalam membaca, matematika, ejaan dan ekspresi tertulis. Hasil dari asesmen ini nantinya akan membuat keputusan instruksional dan memonitor kemajuan peserta didik dalam bidang akademis tertentu. Pengukuran sering menggunakan "indikator" kinerja peserta didik dengan  menggunakan bahan yang tersedia di kelas
4.      Peformance Based Assesment
Merujuk pada jenis-jenis tugas dan situasi yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendemonstasikan pemahaman mereka dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan disposisi yang mereka miliki dalam berbagai konteks.
D.    Prinsip-prinsip Assessment Literacy
Untuk memulai pengembangan profesional yang diperlukan dalam menjamin penilaian yang berkualitas tinggi di kelas, beberapa hal yang harus terlebih dahulu dipahami oleh setiap pendidik antara lain:
1.      Memahami prinsip-prinsip dasar asesmen yang berkualitas
2.      Bertindak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dirancang
3.      Mengupayakan penggunaan yang seimbang berbagai alternatif asesmen
Berdasarkan hal itu, Stiggins mengemukakan prinsip-prinsip dasar asesmen yang berkualitas dapat digambarkan dalam Gambar 1 di bawah ini :

hhh
 












Gambar 1. Prinsip-Prinsip Dasar Asesmen yang Berkualitas
            Berdasarkan Gambar 1. dapat dijelaskan prinsip-prinsip dasar assesmen yaitu sebagai berikut.
1.      Pemikiran yang jelas dan komunikasi efektif (Clear Thinking and Effective Communication)
Meskipun tingkat pencapaian sering kali diterjemahkan menjadi skor, ada dua fakta penting yang perlu dipahami. Pertama, angka bukanlah satu-satunya cara untuk menyatakan pencapaian. Kita dapat memanfaatkan kata-kata, gambar, ilustrasi, contoh, dan berbagai cara lainnya. Kedua, simbol untuk menyatakan pencapaian peserta didik sama bermaknanya dan sama bergunanya dengan definisi pencapaian dan kualitas penilaian yang digunakan untuk menghasilkannya.
2.      Pendidik yang memegang peranan (Teacher in Charge)
Pendidik berperan mengarahkan penilaian untuk menentukan apa yang harus dipelajari oleh peserta didik dan apa yang peserta didik rasakan berkaitan dengan penilaian yang dilakukan. Dalam berbagai konteks pendidikan, hasil penilaian tingkat kotamadya/kabupaten, provinsi, nasional seolah-olah dianggap sebagai satu-satunya hasil penilaian yang menentukan. Penilaian ini bahkan tidak dapat disamakan dengan dengan penilaian kelas yang dilakukan oleh pendidik, berkaitan dengan dampaknya terhadap keadaan peserta didik. Pendidiklah yang menentukan bagaimana bentuk interaksi yang dilakukan dengan peserta didiknya, rata-rata sebanyak satu kali setiap dua atau tiga menit (mengajukan pertanyaan dan menginterpretasikan jawaban, mengamati kinerja peserta didik, memeriksa pekerjaan rumah, menggunakan tes dan kuis). Umumnya, penilaian dalam kelas berlangsung secara terus menerus.
Dengan demikian, jelas bahwa penilaian kelas adalah penilaian yang paling mudah dilakukan oleh pendidik. Tidak perlu diragukan lagi, pendidik adalah pengendali sistem penilaian yang menentukan keefektifan sekolah.
3.      Peserta didik sebagai pengguna yang harus diperhatikan (Student as Key User)
Peserta didik adalah pihak yang paling memanfaatkan hasil penilaian. Melalui penilaian kelas, mereka dapat mempelajari kinerjanya serta mempelajari standar kualitas kinerjanya dari pendidik. Tidak seorang pun, selain peserta didik, yang dapat memanfaatkan menggunakan hasil penilaian kelas yang dilakukan oleh pendidik untuk menetapkan apa yang dapat mereka harapkan dari diri mereka sendiri. Peserta didik dapat memperkirakan peluang keberhasilannya berdasarkan kinerja yang ditunjukkan oleh hasil penilaian sebelumnya. Tidak ada satu keputusan lain yang dapat memberikan pengaruh lebih besar pada keberhasilan peserta didik.
4.      Sasaran yang jelas dan sesuai   (Clear and Appropriate Targets)
Kita tidak dapat menilai hasil pendidikan secara efektif jika kita tidak mengetahui dan memahami apa sebenarnya nilai keluaran tersebut. Ada berbagai jenis keluaran dari sistem pendidikan kita, mulai dari penguasaan materi sampai kemampuan menyelesaikan masalah yang kompleks.
5.      Penilaian yang baik (High-quality Assessment)
Penilaian yang baik merupakan suatu keharusan dalam setiap konteks penilaian. Lima standard yang harus dipenuhi untuk mencapai penilaian yang baik meliputi: sasaran pencapaian yang jelas, maksud/tujuan yang jelas,  metode yang sesuai, kinerja contoh yang layak, pembatasan, dan adanya upaya untuk mencegah kesalahan pengukuran.


6.      Perhatian terhadap dampak antarpersonal (Attention to Interpersonal Impact)
Kita harus selalu berusaha melaksanakan penilaian yang baik, mengkomunikasikan hasilnya secara hati-hati dan pribadi, dan mengantisipasi hasilnya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk memberikan dukungan terhadap peserta didik yang pencapaiannya rendah. Semakin muda peserta didik, semakin penting adanya bimbingan bagi mereka.
7.      Penilaian sebagai pembelajaran (Assessment as Instruction)
Penilaian dan pengajaran dapat menjadi suatu kesatuan. Potensi terbesar yang tersimpan dalam penilaian kelas adalah kemampuannya untuk menjadikan peserta didik sebagai mitra penuh dalam proses penilaian. Peserta didik yang mampu mendalami sasaran pencapaian secara menyeluruh mampu secara percaya diri melakukan evaluasi, baik terhadap hasil kerjanya sendiri maupun hasil kerja temannya.
Orang yang mampu melakukan penilaian dan memahami prinsip dasar penilaian disebut assessment literates. Literasi asesmen mencakup pengetahuan tetang seberapa sering asesmen dilakukan, apa yang harus diases, dan bagaimana mempersiapkan siswa untuk diases. Tantangan yang kita hadapi dalam penilaian kelas adalah memastikan bahwa peserta didik memiliki seluruh informasi yang diperlukannya, dalam bentuk yang mudah dipahami, pada waktu yang tepat sehingga dapat digunakan secara efektif.
E.     Perubahan Assessment dan Konsekuensinya
Jika dilihat dalam beberapa tahun terakhir beberapa kali terjadi perubahan dalam sistem dunia pendidikan diantaranya perubahan kurikulum, perubahan pola penilaian, perubahan dalam penentuan kelulusan atau keberhasilan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dan masih banyak lainnya. Perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan meliputi seluruh aspek, tidak terkecuali perubahan yang terjadi pada bidang evaluasi khususnya perubahan pada assesmen atau penilaian. Perubahan yang dilakukan semata-mata bertujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan sehingga nantinya didapatkan kualitas yang jauh lebih baik dibandingkan sekarang. Berikut disajikan beberapa perubahan assesmen yang terjadi serta konsekuensinya menurut Nuryani (1995), yang menyatakan bahwa:
Tabel 1. Tabel Perubahan Peranan pada Asesmen
Perubahan
Peran
Paradigma Lama
Paradigma Baru
Pendidik
Mengajar
·        Menentukan hasil belajar;
·        Mengajar;
·        Melakukan asesmen Primer/ Utama
Peserta didik
Diakses
·        Self Asess (Menilai diri sendiri)
·        Peer Asses (Penilaian teman Sebaya)
Kepala Sekolah
Menafsirkan hasil tes baku
·        Menafsirkan hasil
·        menyiapkan dukungan dalam asesmen kelas

Tabel  2.  Perubahan  Aspek Dalam Penilaian
Perubahan
Praktik
Paradigma Lama
Paradigm Baru
Tujuan
Akuntabilitas
Akuntabilitas;
Pembelajaran
Penggunaan
Hasil tes menyeleksi dari paling tinggi ke bawah (kontinuum)
Hasil tes menyeleksi ke bawah dari konteks asesmen skala besar (down) dan ke atas dari asesmen kelas (up)
Target
Umum
Tidak terbuka
Sangat terfokus
Metode
Mengutamakan  Selected Response
Mengutamakan asesmen esay dan kinerja dengan sejumlah Selected Response

Dari Tabel 2. terlihat bahwa terjadi beberapa perubahan menyangkut peran pendidik dan perubahan dalam praktik atau pelaksanaan. Perubahan peran pada pendidik diamana sebelumnya pendidik hanya memiliki atau dibebankan hanya pada kegiatan mengajar sedangkan setelah dilakukan perubahan peran pendidik tidak hanya mengajar melainkan juga ikut dalam menentukan hasil belajar serta melakukan assesmen utama/primer. Jika dilihat dari perubahan yang terjadi, pada perannya sebelum terjadi perubahan pendidik datang kesekolah hanya diberikan tanggung jawab mengajar saja, sedangkan tanggung jawab penilaian masih diambil alih sesuai sistem yang berlaku, misalnya dalam penyusunan soal atau instrumen yang digunakan masih dirancang oleh dinas pendidikan sehingga terjadi kemungkinan kurang tepatnya sasaran dari penilaian tersebut.
Perubahan yang terjadi pada peranan peserta didik adalah sebelum terjadi perubahan peserta didik bersifat di ases, sedangkan setelah terjadi perubahan berganti menjadi asses self dan peer. Sebelum terjadi perubahan, pola penilaian untuk peserta didik hanya terbatas pada satu teknik penilaian saja, namun setelah terjadi perubahan penilaian untuk peserta didik bisa dilakukan dengan penilaian diri dimana diberikan beberapa pertanyaan dalam angket dan diisi langsung oleh peserta didik sehingga dapat tergambar bagaimana tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan asses peer, dimana penilaian juga dilakukan oleh teman sebaya sehingga akan terlihat sejauh mana teman atau peserta didik lain dapat melihat tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Ada beberapa perubahan penting dalam pandangan assesmen, diantaranya: assesmen melayani fungsi pembelajaran dan pertanggung jawaban, informasi assesmen bernilai diturunkan dari konteks assesmen berskala besar dan diangkat dari assesmen berbasis kelas, assesmen berperan paling baik ketika peserta didik memahami dengan baik target pencapaian hasil belajar sebelum pelaksanaannya, assesmen dapat dilakukan dengan beberapa metode bukan hanya pilihan ganda. Sering terjadi beberapa kesalahan dalam pemilihan metode penilaian, dimana pendidik cendrung menggunakan metode penilaian yang instrument nya berupa pilihan ganda atau uraian. Sebenarnya terdapat beberapa metode yang mungkin dipakai oleh pendidik untuk melakukan assesmen seperti asses self atau peer yang berpusat pada peserta didik, menggunakan metode observasi atau wawancara, dan masih banyak lainnya.
Perubahan Penting Dalam Pandangan Asesmen :
·         Asesmen melayani fungsi pembelajaran (istruksional) dan pertanggungjawaban (akuntabilitas)
·         Informasi nilai asesmen diturunkan dari konteks asesmen berskala besar dan diangkat dari asesmen berbasis kelas
·         Asesmen berperan paling baik ketika peserta didik memahami dengan baik target pencapaian hasil belajar sebelum penilaian dilakukan
·         Asesmen dapat menggunakan berbagai metode, bukan hanya tes PG
Berdasarkan National Science Education Standard in the United States (National Research Council, 1996: 100) perubahan fokus yang terjadi pada standard penilaian adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Perubahan Fokus yang Terjadi Pada Standar Penilaian Berdasarkan National Science Education Standard In The United States
Hal yang Dikurangi
Hal yang Diutamakan
Menilai yang mudah diukur
Menilai yang paling berharga
Menilai pengetahuan yang memiliki ciri yang jelas
Menilai pengetahuan yang kaya dan berstruktur baik
Menilai pengetahuan yang bersifat ilmiah
Menilai pemahaman dan pemikiran ilmiah
Menilai untuk mempelajari apa yang tidak dipahami peserta didik
Menilai untuk mempelajari apa yang dipahami peserta didik
Hanya melakukan penilaian atas pencapaian
Menilai pencapaian dan peluang untuk belajar
Penilaian akhir dilakukan oleh guru
Peserta didik terlibat dalam penilaian yang sedang berlangsung  atas hasil kerjanya dan hasil kerja temannya
Pengembangan penilaian eksternal hanya oleh ahli
Guru terlibat dalam pengembangan penilaian eksternal

F.      Peran Kritis Assessment Kelas
Penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidik yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk kepentingan itu dilakukan pengumpulan data sebagai informasi akurat untuk pengambilan keputusan. Pengumpulan data dengan prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator yang akan dinilai yang dalam subunit terdahulu kita sebut dengan asesmen. Dari proses asesmen ini, pendidik akan memperoleh potret atau profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah stkitar kompetensi dan kompetensi dasar.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti untuk menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja peserta didik (portfolio), dan penilaian diri (self assessment).
Dalam pelaksanaan penilaian kelas ini pendidik akan membandingkan hasil belajar peserta didik dalam periode waktu tertentu dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya atau dengan kriteria tertentu dan sebaiknya, hasil belajar peserta didik ini tidak dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Pembandingan semacam ini disebut dengan penilaian acuan patokan atau penilaian acuan kriteria. Mengapa penilaian kelas atau asesmen berbasis kelas ini dianjurkan untuk digunakan? Alasannya adalah karena penilaian kelas mempunyai beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh model asesmen yang lain (sumber Balitbang Depdiknas, 2006), seperti berikut:
1.        Dalam asesmen berbasis kelas, pengumpulan data sebagai informasi kemajuan belajar baik formal maupun informal harus selalu dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, hal ini memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi peserta didik untuk menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya.
2.        Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan dengan hasil belajar peserta didik lain ataupun prestasi kelompok, tetapi dengan prestasi atau kemampuan yang dimiliki sebelumnya; atau dengan kompetensi yang dipersyaratkan, sehingga dengan demikian peserta didik tidak terdiskriminasi dalam klasifikasi lulus atau tidak lulus, pintar atau bodoh, bisa masuk ranking berapa, dan sebagainya, tetapi lebih diarahkan pada fungsi motivasi, dan bantuan agar peserta didik dapat mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
3.        Pengumpulan informasi dalam asesmen berbasis kelas ini harus dilakukan dengan menggunakan variasi cara, dilakukan secara berkesinambungan sehingga gambaran kemampuan peserta didik dapat lebih lengkap terdeteksi, dan terpotret secara akurat.
4.        Dalam pelaksanaannya peserta didik tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang tersedia, tetapi lebih dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
5.        Proses pengumpulan informasi untuk dapat menentukan ada tidaknya kemajuan belajar yang dicapai peserta didik dan perlu tidaknya peserta didik diberikan bantuan secara terencana, bertahap, dan berkesinambungan, sehingga dengan demikian peserta didik diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya, dengan pemberian bantuan dan bimbingan yang sesuai.
6.        Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar (PBM) tetapi dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses). Hasil kerja atau karya peserta didik yang berbentuk 2 dimensi yang dapat dikumpulkan dalam portofolio dan yang berbentuk 3 dimensi (produk) terutama dihasilkan melalui PBM. Karya tersebut dapat juga bersumber atau berasal dari berbagai kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan sekolah, kegiatan OSIS, kegiatan lomba antar sekolah, bahkan kegiatan hobi pribadi. Dengan demikian, penilaian kelas mengurangi dikhotomi antara PBM dan kegiatan penilaian serta antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
7.        Kriteria penilaian karya peserta didik dapat dibahas, dikompromikan antara guru dengan para peserta didik sebelum karya itu mulai dikerjakan; dengan demikian peserta didik mengetahui kriteria yang akan digunakan dalam penilaian, agar berusaha mencapai harapan (expectations) (stkitar yang dituntut) guru, dan mendorong peserta didik untuk mengarahkan karya-karya nya sesuai dengan kriteria yang telah disepakati.
Secara rinci tujuan Assessmen Berbasis Kelas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.        Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses pembelajaran berlangsung.
2.        Saat melaksanakan asesmen ini, pendidik juga akan bisa langsung memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak pelu lagi menunda atau menunggu ulangan semester untuk bisa mengetahui kekuatan dankelemahanny a dalam proses pencapaian kompetensi.
3.        Secara terus menerus dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik, sekaligus Kita dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga secara tepat dapat menentukan peserta didik mana yang perlu pengayaan dan peserta didik yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
4.        Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan peserta didik.
5.        Hasil-hasil pemantauan tersebut, dapat dijadikan sebagai lkitasan untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk digunakan pada materi tertentu dan pada mata pelajaran tertentu, yang sudah barang tentu akan berbeda.
6.        Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua dan komite harus dijalin dan dilakukan terus menerus sesuai kebutuhan
Fungsi Assessmen Berbasis Kelas dapat dijelaskan sebagai berikut (Diknas, 2006):
1.        Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian sekitar kompetensi maupun kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
2.        Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai lkitasan pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan, dalam hal ini terkait erat dengan peran guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing.
3.        Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka salah satu fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang peserta didik perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.
4.        Dengan demikian asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya pendidik untuk dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung. Temuan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan langkah perbaikan proses pembelajaran berikutnya, guna peningkatan capaian hasil belajar peserta didik.
5.        Kesemuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik dan semua stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.
Berikut ini adalah pengelompokan utama sasaran pencapaian menurut Stiggins (1994:67):
1.        Penguasaan peserta didik atas pengetahuan materi subjek inti;
a.    Kemampuan peserta didik untuk menggunakan pengetahuannya untuk berpikir dan menyelesaikan masalah;
b.    Kemampuan untuk menunjukkan keterampilan yang terkait dengan pencapaian tertentu, misalnya melakukan tindakan psikomotor;
c.    Kemampuan untuk membuat produk yang terkait dengan jenis pencapaian tertentu, misalnya produk IPA (taksidermi, kerangka, herbarium);
d.    Pencapaian perasaan atau keadaan afektif tertentu, seperti sikap, minat, dan motivasi.
2.        Penilaian yang Terarah pada Proses Pembelajaran IPA
a.                 Penilaian kinerja dan/atau penilaian otentik;
b.                Proses IPA diturunkan dari data;
c.                 Kooperatif dan kolaboratif;
d.                Hands-on dan minds-on;
e.                 Keterampilan praktik dan komunikasi;
f.                  Sikap ilmiah dan nilai yang terkandung dalam IPA.
3.        Metode Penilaian Kelas
a.         Respon terpilih
Istilah yang lebih sering digunakan untuk respon terpilih adalah “objective paper and pencil test” atau uji tertulis. Istilah ini dapat menimbulkan kesalahpahaman bahwa penilaian yang dilakukan tidak melibatkan subjektivitas, bahwa segala sesuatu yang terkait dengannya bersifat “ilmiah“, dan bahwa ada resiko terjadinya kebiasan yang disebabkan oleh pendapat penilai. Respon terpilih dapat digunakan untuk menilai aspek pengetahuan, pemikiran, dan afektif. Jenis respon terpilih dapat berupa: pilihan berganda, benar/salah, menjodohkan, dan isian singkat.
Tiga langkah dasar yang harus dilakukan oleh pengembang soal ujian: (i) membuat rancangan atau cetakbiru pengujian yang menyajikan kerangka pencapaian; (ii) mengidentifikasi unsur spesifik pengetahuan dan pemikiran yang akan dinilai; (iii) mengubah unsur-unsur tersebut menjadi soal ujian.
b.        Penilaian Essay
Penilaian essay merupakan metodologi yang paling sesuai pada keadaan tertentu. Essay membuat kita dapat menangkap setidaknya sebagian unsur yang paling berharga. Lebih jauh lagi, sejak peserta didik dilibatkan sebagai mitra pada proses penilaian, metode penilaian seperti essay ini lebih mudah dilaksanakan. Metode essay dapat digunakan untuk menilai pengetahuan, pemikiran, prosedur, dan afektif.
Menurut Stiggins (1994: 134) metodologi penilaian essay memiliki tiga kekuatan utama:
1)        Essay dapat memudahkan kita mempelajari pencapaian peserta didik atas sasaran pencapaian yang kompleks dan sulit.
2)        Format essay memudahkan kita melakukan penilaiaan hasil belajar dengan waktu dan tenaga yang minimal.
3)        Penilaian essay dapat dipadukan dengan proses pembelajaran secara produktif.
Penilaian essay juga memiliki resiko. Kecerobohan dapat menyebabkan hal-hal berikut :
1)        Kurangnya gambaran atas jenis hasil belajar yang akan dipelajari dan dinilai;
2)        Kegagalan untuk menghubungkan format essay dengan sasaran pencapaian yang sesuai;
3)        Kegagalan untuk menentukan sampel yang mewakili domain sasaran;
4)        Kegagalan untuk mengendalikan sumber kebiasaan yang dapat mengganggu penilaian yang   subjektif.
c.         Penilaian Kinerja atau Penilaian Otentik
Dalam penilaian kinerja,  peserta didik diminta melakukan aktivitas yang menunjukkan keterampilan tertentu dan/atau membuat produk tertentu. Hasilnya, metode penilaian ini membuat kita dapat menangkap banyak hasil pendidikan yang bersifat kompleks dan tidak dapat diterjemahkan dalam ujian tertulis.
Dalam penilaian kinerja, kita mengamati peserta didik saat mereka bekerja, atau memeriksa produk yang dibuat, dan menilai kecakapan yang ditunjukkan. Pengamatan digunakan untuk memberikan pendapat subjektif atas tingkat pencapaian peserta didik. Evaluasi tersebut dilakukan berdasarkan perbandingan kinerja peserta didik terhadap standar yang telah ditentukan.
Metode penilaian kinerja muncul sebagai penemuan baru dengan sejumlah kelebihan dibandingkan tes tertulis. Dalam banyak hal, penemuan baru ini menarik perhatian pendidik di setiap tingkatan pendidikan. Aplikasi metode ini antara lain menggunakan nama penilaian otentik (authentic assessments), penilaian alternatif (alternative assessments), pameran, demonstrasi, dan contoh kerja peserta didik (student work samples). Jenis penilaian ini dipandang sebagai metode yang dapat memberikan penilaian otentik atau penilaian yang sangat tepat atas pencapaian peserta didik (Wiggins, 1989 in Stiggins, 1994: 161).


4.        Penilaian Kelompok, Pribadi, dan Antar Teman
Penilaian kelompok, pribadi, dan antar teman  dapat digunakan terutama untuk penilaian formatif, tapi pada keadaan tertentu dapat pula digunakan sebagai penilaian sumatif,  meski tidak efektif.
a.         Penilaian Kelompok
Kelebihan utama dari penilaian kelompok adalah bahwa beban penilaian menjadi jauh berkurang. Ada pula keuntungan dari sisi pendidikan, termasuk di dalamnya pengembangan sejumlah keterampilan penting seperti keterampilan memimpin dan bekerja dalam kelompok, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan berorganisasi. Selain itu, hasil yang dicapai dengan bekerja secara berkelompok akan lebih baik, bahkan masalah yang lebih rumit pun dapat diselesaikan.
Masalah utama yang dihadapi adalah memastikan bahwa strategi penilaian yang adil telah diterapkan: “satu masalah yang terpenting adalah sulitnya menetapkan tingkat kontribusi masing-masing anggota kelompok …” (Race, Brown, Smith, 2005:156)
Tidak ada cara yang paling ideal untuk menyelesaikan masalah ini, tapi ada berbagai strategi yang dapat dicoba. Salah satunya, setiap anggota kelompok diberi nilai yang sama. Strategi lainnya, setiap anggota kelompok diberi nilai yang berbeda-beda sesuai kinerja masing-masing. Hal ini dapat dilakukan melalui penilaian antar teman (peer assessment).
b.        Penilaian Pribadi dan Antar teman
Penilaian pribadi dan antar teman merupakan bentuk penilaian inovatif yang mendukung pembelajaran peserta didik. Penilaian pribadi adalah proses di mana peserta didik dilibatkan dan bertanggung jawab untuk menilai hasil kerjanya sendiri. Hal ini mendorong peserta didik untuk mandiri dan meningkatkan motivasinya. Penilaian antar teman adalah proses di mana peserta didik dilibatkan dalam penilaian kerja peserta didik lain. Peserta didik harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai apa yang harus mereka cari dalam hasil kerja temannya.
Penilaian pribadi dapat digunakan untuk membantu mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memeriksa dan berpikir kritis mengenai proses pembelajaran yang mereka jalani,  Penilaian pribadi dapat membantu peserta didik menentukan kriteria apa yang harus digunakan untuk menilai hasil kerja dan menerapkan hal ini secara objektif terhadap hasil kerja untuk memfasilitasi proses pembelajaran yang sedang berlangsung.  Penilaian pribadi dapat disertakan sebagai bagian penilaian mata pelajaran atau sebagai sebuah latihan yang dipersyaratkan dalam mata pelajaran tersebut.
Penilaian antar teman dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk bekerjasama, bersikap kritis terhadap hasil kerja peserta didik lain, dan menerima kritik dan umpan balik dari peserta didik lain atas hasil kerjanya sendiri. Penilaian antar teman dapat memberikan gambaran kepada peserta didik mengenai kriteria apa saja yang digunakan untuk menilai. Penilaian antar teman juga dapat digunakan untuk menentukan nilai hasil kerja peserta didik untuk keperluan sumatif.





BAB III
PEMBAHASAN

A.     Matrik Hubungan pengertian, Jenis-Jenis, Prinsip-Prinsip yang Baik, Konsekuensi dan Perubahannya, dan Peran Kritis dalam Kelas pada Assessment Literacy
Pembeda
Assesment Literacy
Sintesis
Pengertian
Assesment
·        Linn dan Gronlund (1995) mengemukakan bahwa asesmen merupakan suatu istilah umum yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar peserta didik (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar.
·        Depdiknas (2005) mengemukakan bahwa asesmen adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat asesmen untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik
·        Uno dan Koni (2012) mengatakan bahwa secara umum asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang peserta didik, baik yang menyangkut kurikulum, program pembelajaran, iklim sekolah maupun kebijakan sekolah.
Literacy
·        Secara harfiah literasi berasal dari kata Literacy yang berarti melek huruf/gerakan pemberantasan buta huruf.
·        Menurut Programme for International Student Assessment (PISA, 2006), literasi adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan.
·        Menurut Widyawatiningtyas, Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis, atau kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dan kata-kata.
Assesment Literacy
·        Menurut  (Stiggins,1994:8) asesmen Literasi merupakan kemampuan dalam memahami prinsip-prinsip dasar asesmen yang berkualitas, dan bertindak sesuai tujuan pembelajaran yang dirancang  dengan mengupayakan penggunaan yang seimbang berbagai asesmen alternatif.
·        Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD, 2003) asesmen literasi didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia.
·        Menurut American Association for the Advancement of Science (AAAS), asesmen literasi adalah sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam.
Assesment
·        Asesmen adalah istilah sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para peserta didik, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau instrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu.
Literacy
·        Literasi adalah kemampuan menggunakan membaca dan menulis, atau kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dan kata-kata untuk mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan.
Assesment Literacy
·        Assesmen literasi adalah kemampuan dalam menggunakan pengetahuan untuk memahami, membaca, menulis, mengidentifikasi atau kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dan kata-kata suatu masalah, kemudian menarik kesimpulan dan membuat keputusan berdasarkan bukti-bukti dan fakta yang ada.
Jenis-Jenis
Ada empat jenis assemen lietrasi yaitu:
·        Norm Referenced Test (acuan normatif) digunakan untuk memeriksa kinerja peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya untuk melihat kedudukan peserta didik dalam komunitasnya
·        Criterion Referenced Test (acuan patokan) digunakan untuk tolak ukur prestasi peserta didik
·        Curriculum Based Assessment (asesmen berdasarkan kurikulum) digunakan untuk memonitor kemajuan peserta didik dalam bidang akademis tertentu
·        Performance Based assessment (asesmen kinerja) digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendemontrasikan pengetahuan, keterampilan dan disposisi yang mereka miliki.
Prinsip-Prinsip Assessment Literacy yang baik

Ada tujuh prinsip-prinsip Assessment Literacy yang baik, yaitu:
1.      Pemikiran yang jelas dan komunikasi efektif (Clear Thinking and Effective Communication)
2.      Guru yang memegang peranan (Teacher in Charge)
3.      Siswa sebagai pengguna yang harus diperhatikan (Student as Key User)
4.      Sasaran yang jelas dan sesuai (Clear and Appropriate Targets)
5.      Penilaian yang baik (High-quality Assessment)
6.      Perhatian terhadap dampak antarpersonal (Attention to Interpersonal Impact)
7.      Penilaian sebagai pembelajaran (Assessment as Instruction)
Perubahan Assesmen dan Konsekuensinya

Menurut National Science Education Standard in the United States (National Research Council, 1996: 100), yaitu:
Hal yang Dikurangi
·        Menilai yang mudah diukur
·        Menilai pengetahuan yang memiliki ciri yang jelas
·        Menilai pengetahuan yang bersifat ilmiah
·        Menilai untuk mempelajari apa yang tidak dipahami peserta didik
·        Hanya melakukan penilaian atas pencapaian
·        Penilaian akhir dilakukan oleh guru
·        Pengembangan penilaian eksternal hanya oleh ahli
Hal yang Diutamakan
·        Menilai yang paling berharga
·        Menilai pengetahuan yang kaya dan berstruktur baik
·        Menilai pemahaman dan pemikiran ilmiah
·        Menilai untuk mempelajari apa yang dipahami peserta didik
·        Menilai pencapaian dan peluang untuk belajar
·        Peserta didik terlibat dalam penilaian yang sedang berlangsung  atas hasil kerjanya dan hasil kerja temannya
·        Guru terlibat dalam pengembangan penilaian eksternal
Peran Kritis Asesmen Kelas
·        Dalam asesmen berbasis kelas, pengumpulan data sebagai informasi kemajuan belajar baik formal maupun informal harus selalu dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.
·        Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan dengan hasil belajar peserta didik lain.
·        Pengumpulan informasi dalam asesmen berbasis kelas ini harus dilakukan dengan menggunakan variasi cara, dilakukan secara berkesinambungan sehingga gambaran kemampuan peserta didik dapat lebih lengkap terdeteksi, dan terpotret secara akurat.
·        Dalam pelaksanaannya peserta didik tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang tersedia, tetapi lebih dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
·        Proses pengumpulan informasi untuk dapat menentukan ada tidaknya kemajuan belajar yang dicapai peserta didik dan perlu tidaknya peserta didik diberikan bantuan secara terencana, bertahap, dan berkesinambungan, sehingga dengan demikian peserta didik diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya, dengan pemberian bantuan dan bimbingan yang sesuai.
·        Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses pembelajaran tetapi dapat dilaksanakan ketika pembelajaran sedang berlangsung (penilaian proses).
·        Kriteria penilaian karya peserta didik dapat dibahas, dikompromikan antara guru dengan para peserta didik sebelum karya itu mulai dikerjakan; dengan demikian peserta didik mengetahui kriteria yang akan digunakan dalam penilaian, agar berusaha mencapai harapan (expectations) (stkitar yang dituntut) guru, dan mendorong peserta didik untuk mengarahkan karya-karya nya sesuai dengan kriteria yang telah disepakati.
Tujuan
1.      Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini, pendidik dapat mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat mencapai tingkat pencapaian kompetensi yang dipersyaratkan, baik selama mengikuti kegiatan pembelajaran dan setelah proses pembelajaran berlangsung
2.      Saat melaksanakan asesmen ini, sebagai pendidik akan langsung memberikan umpan balik kepada peserta didik sehingga tidak perlu lagi menunda atau menunggu ulangan semester untuk bias mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
3.      Dalam asesmen berbasis kelas ini, pendidik secara terus menerus dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik.. sekaligus pendidik dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga secara tepat dapat menentukan peserta didik mana yang perlu pengayaan dan peserta didik yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
4.      Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik bagi pendidik untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar, yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan peserta didik.
5.      Hasil-hasil pemantauan tersebut kemudian dapat dijadikan pendidik sebagai landasan untuk memilih alternative jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk digunakan pada materi tertentu dan pada mata pelajaran tertentu yang berbeda. Pendidik sebagai pendidik harus tahu persis pertimbangan pemilihannya.
6.      Hasil dari asesmen ini dapat memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua, dan komite harus dijalin dan dilakukan terus-meneru sesuai kebutuhan.
SASARAN PENCAPAIAN
1.      Penguasaan peserta didik atas pengetahuan materi subjek inti
2.      Penilaian yang terarah pada proses pembelajaran IPA
3.      Metode penilaian kelas
a.       Respon terpilih
b.      Penilaian essay
Penilaian kelompok, pribadi, dan antar teman
FUNGSI
1.      Dapat menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi
2.      Sebagai landasan pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan, dalam hal ini terkait erat dengan peran pendidik sebagai pendidik sekaligus pembimbing.
3.      Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bias dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang peserta didik perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.
4.      Sebagai upaya pendidik untuk dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung.
5.      Kontrol bagi pendidik sebagai pendidik dan semua stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.

            Matriks pada Tabel 4. Menjelaskan tentang dasar-dasar asesmen literasi. Jika pendidik dan calon pendidik ingin melakukan pengembangan asesmen literasi yang bertujuan agar kualitas pendidikan di Indonesia meningkat maka harus memberikan penjelasan dari matriks dapat disimpulkan bahwa untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik, diperlukan sistem penilaian yang baik pula. Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk menetapkan standar penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan bagi pendidik dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian.
            Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu kerjasama yang baik dari beberapa pihak terkait , seperti pendidik, peserta didik, dan sekolah. Ketiga pihak tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda sesuai dengan proporsi masing-masing. Jika masing-masing pihak melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana mestinya maka akan tercipta suatu suasana yang kondusif, dinamis, dan terarah untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui perbaikan sistem penilaian.

B.     Matrik Perubahan Asesmen dan Konsekuensinya
Tabel 5. Matrik Perubahan Asesmen dan Konsekuensinya
Peranan
Dulu
Sekarang
Perubahan Penting Dalam Pandangan Asesmen
Dosen
Mengajar
Mendefinisikan hasil pembelajaran, mengajar, melaksanakan penilaian utama
Perubahan Penting Dalam Pandangan Asesmen adalah antara lain :
1.      Asesmen melayani fungsi pembelajaran (instruksional) dan pertanggungjawaban (akuntabilitas)
2.      Informasi nilai asesmen diturunkan dari konteks asesmen berskala besar dan diangkat dari asesmen berbasis kelas
3.      Asesmen berperan paling baik ketika peserta didik memahami dengan baik target pencapaian hasil belajar sebelum penilaian dilakukan
4.      Penggunaan asesmen dapat menggunakan berbagai metode, bukan hanya tes PG saja.

Mahapeserta didik
Dinilai
Menilai diri sendiri dan teman
Rektor

Menginterpretasi hasil ujian terstandard
Menginterpretasi hasil ujian dan menyediakan dukungan terhadap penilaian kelas
Pelaksanaan
Dulu
Sekarang
 Tujuan
Akuntabilitas
Akuntabilitas, pembelajaran
 Penggunaan
Penyaringan hasil pengujian dari atas ke bawah
Penyaringan hasil pengujian dari atas ke bawah dan dari kelas ke atas
 Sasaran
Bersifat umum
Tidak terbuka
Sangat terarah
Bersifat terbuka
 Metode
Terutama berupa respon terpilih
Terutama berupa penilaian kinerja dan essay dengan beberapa respon terpilih

Dari Tabel 5. dapat disimpulkan bahwa terjadinya perubahan asesmen dan konsekuensinya dari dulu dan sekarang sudah sesuai dengan teori yang diperoleh baik dalam modul maupun sumber lain. Dimana peran dosen yang dulunya sebagai seorang pengajar, sekarang bukan hanya sebagai pengajar namun juga sebagia fasilitator dan motivator bagi mahapeserta didikdalam proses pembelajaran. Hal yang sama juga pada peserta didik yang dulunya hanya pendidik yang menilai, namun sekarang peserta didik dapat menilai diri sendiri dan teman sebayanya didalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan penilaian asesmen didalam pembelajaran, lebih menekankan pada penilaian kinerja atau proses peserta didik dalam menemukan suatu pembelajaran daripada dulu penilaian hanya menekankan pada respon terpilih saja. Dalam pelaksanaan penilaian juga lebih terarah dan terbuka dari pada dulu.

C. Matriks Perbandingan bentuk soal fisika paradigma lama dan paradigma baru         







No.
Paradigma Lama
Paradigma Baru
1
Perhatikan rangkaian dibawah ini
rang. kapasitor
Besarnya muatan pada kapasitor C5 adalah….
Jawaban :
1/C seri1 = 1/c2+1/c3 = 1/6 + 1/3 = 1/6 + 2/6 = 3/6 ——> C seri1= 2 F
1/C ser2 = 1/c4 + 1/c5 = 1/12 + 1/6 = 1/12 + 2/12 = 3/12——-> C seri2 = 4 F
C paralel = C seri1 + C seri 2 = 2 F + 4 F = 6 F
1/C seri 3 = 1/c1 = 1/C paralel = 1/6 + 1/6 = 2/6 ——> Cseri 3 = C total = C pengganti 5 Kapsitor = 3 F
Q Total = C total X V total = 3 x 12 = 36 Coulomb = Q 1 = Q 2,3,4,5 = 36 Coulomb
V1 = Q1/C1 = 36/6 = 6 Volt——> V2,3,4,5 = Vtotal – V1 = 12-6 = 6 Volt
V2,3,4,5 =V Paralel= V2,3= V4,5 = 6 Volt-
Q2,3= V2,3 X C2,3 = 6 X 12 = 12 Coulomb
Q4,5 = V4,5 X C4,5 = V4,6 X C seri 2 = 6 x 4 = 24 Coulomb
Q Seri = Q4,5 = Q4 = Q5 = 24 Coulomb
1.    Sederhana rangkaian gabungan diatas!
contoh soal kapasitor rangkaian gabunga
Karena yang dicari adalah kapasitas kapasitor pengganti dari a dan b maka C3 dan C8 tidak digunakan. Sehingga gambarnya menjadi
clue jawaban
Tahap mengerjakannya dimulai dari paling kanan
(i) gabungan seri antara  C2, C8, dan C5 –> kita sebut Ca
karena seri maka menggunakan rumus
1/Ca = 1/C2 + 1/C8 + 1/C5
1/Ca = 3/1
Ca = 1/3 μF
(ii) gabungan pararel Ca dengan C7 –> kita sebut Cb
Cb = Ca + C (ingat rumus rangkaian pararel)
Cb = 1/3 + 1 = 4/3
(iii) gabungan seri dengan C1 dan C4 –> Cp (pengganti)
1/Cp = 1/Cb + 1/C1 + 1/ C4
1/Cp = 3/4 +1/1 + 1/1
1/Cp = 11/ 4
Cp = 4/11 μF
2. Jika pada kapasitor C2, C5, C8 diganti dengan kapasitor elektrolit seperti pada gambar dibawah ini, maka tentukan nilai hambatan penggantinya.

3. Apakah pada kapasitor C2 dapat diganti dengan kapasitor seperti dibawah ini
Jika bias, bagaimanakah bentuk nilai kapasitor penggantinya? Jika tidak, beri alasan.
4. jika pada kapasitor C1 bernilai 3300  μF, C2 diganti dengan kapasitor senilai 1000   μF dan C4 bernilai 4700  μF, maka nilai kapasitor pengganti (Cp) total dari rangkaian diatas adalah…….






                                                                                                                                


BAB IV

PENUTUP


A.       Kesimpulan

1.      Proses asesmen adalah asesmen yang dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pembelajaran atau sub pokok bahasan dapat diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan
2.      Teknik asesmen yang terdapat dalam pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi diantaranya adalah tes dan nontes.
3.      Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar mahapeserta didik.
4.      Standar asesmen pembelajaran saat ini mengalami pergeseran penekanan. Pergeseran tersebut terletak bahwa asesmen awalnya ditekankan pada “yang mudah nilai” kemudian bergeser menjadi “yang penting dinilai.”
5.      Proses, teknik, standar asasmen dapat diterapkan dalan pendidikan fisika, karena dapat menilai sejauh mana tujuan pendidikan fisika tercapai

B.       Saran

Sebagai pendidik yang tidak lepas dari kegiatan asesmen maka sebaiknya harus benar-benar memahami proses asesmen, teknik asesmen, standard-standard asesmen, dan pergeseran penekanan asesmen. Dalam membuat alat asesmen sebaiknya pendidik melakukan analisis terhadap kualitas alat asesmen sehingga alat penilaian tersebut bisa mengukur kompetensi yang akan diukur.




DAFTAR PUSTAKA


American Federation Of Teacher, National Council On Measurement in Education, and National Education Association. 1990. Standar For Teacher Competence in educational Assessment Of Students. Educational Measurement: Issues and Practise.
Ebel & Frisbie. 1991. Essential Of Educational Measurement. Englewood Cliff, NJ : Prentice hall
Nuryani, Rustaman. 1995. Assesment Literacy (pdf). FPMIPA. Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung.
Stiggins. 1991. Assessment Literacy. Phi Delta Happen


Previous Post
Next Post

0 comments: