Pengertian Assessment Literacy
1.
Pengertian
Asesmen
a.
S.Eko Putro
Widoyoko
Pengertian assessment menurut S.Eko Putro Widoyoko adalah kegiatan menafsirkan
data hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu.
b.
Djadja
Rahadja
Pengertian
assessment menurut Djadja Rahardja
adalah proses pengumpulan informasi dengan mempergunakan alat dan teknik yang
sesuai, untuk membuat keputusan pendidikan berkenaan dengan penempatan dan
program pendidikan bagi siswa tertentu.
c.
Richard
I.Arends (2008)
Pengertian assessment menurut
Richard I. Arends adalah proses pengumpulan informasi tentang siswa dan kelas
untuk maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional.
d.
Palomba dan
Banta (1999)
Pengertian
assessment menurut Palomba dan Banta
adalah Assessment is the systematic
collection, review, and use of information about educational programs
undertaken for the purpose of improving student learning and development.
Dengan arti asesmen adalah pengumpulan, reviu, dan penggunaan informasi secara
sistematik tentang program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar dan
perkembangan siswa.
e.
Terry
Overtun (2008)
Pengertian
assessment menurut Terry Overtun Assessment is a process of gathering
information to monitor progress and make educational decisions if necessary. As
noted in my definition of test, an assessment may include a test, but also
include methods such as observations, interview, behavior monitoring, etc.
Dengan arti asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor
kemajuan dan bila disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu penilaian
bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti
obsevasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya.
f.
Bob Kizlik
(2009)
Pengertian
assessment menurut Bob Kizlik Assessment is a process by which information
is obtained relative to some know objective or goal. Tests are assessment made
under contrived circumstances especially so that they may be administered. In
other words, all tests are assessments, but not all assessments are tests.
Dengan arti asesmen adalah suatu proses dimana informasi diperoleh berkaitan
dengan tujuan pembelajaran. Penilaian adalah istilah yang luas yang mencakup
tes (pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari penialain. Tes adalah salah satu
bentuk penilaian. Dengan kata lain, semua tes merupakan penilaian, namun tidak
semua penilaian berupa tes
g.
James A.Poteet Dan Ronald C Eaves (1985)
Pengertian assessment menurut
James A.Poteet Dan Ronald C Eaves adalah proses pengumpulan informasi. Untuk
guru, penilaian dilakukan sebagai tujuan memutuskan keterampian mengajar.
h.
Hargrove
dan Poteet (1984)
Pengertian assessment menurut
Hargrove dan Poteet, Assessment is the
process of gathering information, using appropriate tools and technique.
Dengan arti asesmen adalah proses mengumpulkan informasi, dengan menggunakan
alat dan teknik yang layak.
i.
NSW
Departemen of Education (Arthur 1996:324)
Pengertian assessment menurut NSW Departemen of
Education, Assessment is the process of
gahtering evidance and making judgement about student’s needs, strenghts,
abilities and eachievement. Dengan arti asesmen adalah proses mengumpulkan
fakta-fakta dan membuat keputusan tentang kebutuhan siswa, kekuatan, kemampuan,
dan kemajuannya.
j.
Suharsimi
Arikunto (2009)
Pengertian assessment menurut Suharsimi Arikunto adalah mengambil
suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat
kulitatif
k.
Cangelosi
(1995:21)
Pengertian assessment menurut Cangelosi adalah
keputusan tentang nilai. Oleh sebab itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian
dilaksanakan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil
jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.
l.
Linn dan
Gronlund
Asesmen
merupakan suatu istilah umum yang meliputi prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang belajar peserta didik (observasi, rata-rata
pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar.
m. Nitko
Asesmen
merupakan istilah umum yang mendefinisikan sebagai sebuah proses yang ditempuh
untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan mengenai para peserta didik, kurikulum, program-program,
dan kebijakan pendidikan, metode atau instrumen pendidikan lainnya oleh suatu
badan, lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggarakan suatu
aktivitas tertentu.
Dari
beberapa pengertian asesmen menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal
pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting
pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk
memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Variabel-variabel penting yang
dimaksud sekurang-kurangya meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh guru dengan berbagai metode dan
prosedur baik formal maupun informal.
2.
Pengertian Literacy
Sedangkan untuk literasi berasal dari bahasa Inggris yaitu literacy, dan berasal dari bahasa Latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan
sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya. Sedangkan secara harfiah literasi
berasal dari kata Literacy yang berarti melek huruf/gerakan pemberantasan buta
huruf. Adapun pengertian literasi menurut pendapat para ahli yaitu:
a.
Programme for International Student Assessment (PISA, 2006)
Literasi adalah kemampuan menggunakan pengetahuan
untuk mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan.
b.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD, 2003)
Literasi didefinisikan sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik
kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami dan membuat keputusan dari
perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia.
c.
AAAS (American Association for the Advancement of
Science)
literasi adalah sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan
ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan
tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam.
d.
Goody
(1999)
Menurutnya,
pengertian literasi dalam arti sempit adalah kemampuan untuk membaca dan
menulis.
e.
Alberta
(2009)
Menurutnya,
arti literasi bukan hanya sekedar kemampuan untuk membaca dan menulis namun
menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dapat membuat seseorang
memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu memecahkan masalah dalam berbagai
konteks, mampu berkomunikasi secara efektif dan mampu mengembangkan potensi dan
berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat).
f.
Kern (2000)
Menurut Kern, Pada dasarnya terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi
antara lain: literasi melibatkan interpretasi, kolaborasi, konvensi,pengetahuan
kultural, pemecahan masalah, releksi dan refleksi diri, serta penggunaan
bahasa.
g.
Cordon
(2003).
Mengungkapkan, definisi literasi adalah sumber ilmu yang
menyenangkan yang mampu membangun imajinasi mereka untuk menjelajah dunia dan
ilmu pengetahuan
h.
Wells
(1987)
Berpendapat
bahwa pengertian literasi adalah umenyatakan terdapat empat tingkatan dalam
literasi yaitu: literasi performatif (literacy performative), literasi
fungsional (literacy functional). Literasi informasi (Literacy informational)
dan literasi epistemik (literacy epictemic).
i.
Jeanne R et
al (2007)
Menurutnya,
bahwa ada tiga tahapan yang dapat diamati dalam perkembangan literasi
seseorang. Perkembangan ini muncul karena faktor motivasi instrinsik peserta
didik yaitu: memilih membaca dan menulis, menemukan kesenangan dalam melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan literasi, sadar menerapkan pengetahuan untuk
lebih dalam memahami dan menulis teks.
j.
Irene dan
Gay (2001)
Mengatakan
bahwa nilai-nilai literasi yang berkualitas tergambar dari ketika
siswa berhasil menerapkan apa yang telah mereka pelajari dan dituangkan kedalam
tulisan mereka sendiri.
k.
National Literacy Forum (2014)
Menyatakan
bahwa ada empat cara yang harus dilakukan dalam membangun literasi yang
universal yaitu: meningkatkan kemampuan bahasa sejak dini di rumah dan dalam
pendidikan non formal, lebih mengefektifkan pembelajaran yang dapat
menumbuhkan keterampilan membaca dan menulis di sekolah, adanya akses untuk
membaca dan program yang membuat anak merasa senang melakukan kegiatan
literasi, menciptakan kerjasama antara sekolah, lingkungan, keluarga dan
lingkungan kerja untuk dapat mendukung budaya literasi.
l.
Sulzby (1986)
Pengertian Literasi adalah kemampuan berbahasa seseorang
(menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) untuk berkomunikasi dengan cara
yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat,
pengertian literasi adalah kemampuan membaca dan menulis.
m.
Graff (2006)
Graff
mendefinisikan literasi sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis.
Dari beberapa pengertian literasi
menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa literasi adalah kemampuan
seseorang dalam mengenal huruf, menghitung, menyimak, membaca, yang dapat
menambah pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis,
mampu memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi secara
efektif dan mampu mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam
kehidupan bermasyarakat.
3. Pengertian Asessment Literacy
Menurut Webb, Norman (2002), Assessment
Literacy is defined as the knowledge of :
a.
The
means for Assesing what students know and can do
b.
The
interpretation of the result from these assessment
c.
Application
of assessment result to improve student learning and program effectiveness.
Webb
menjelaskan bahwa asesmen literasi merupakan pengetahuan tentang cara untuk
memahami apa yang peserta didik ketahui dan apa yang dapat dia lakukan,
penafsiran dari hasil penilaian diri, dan penerapan
hasil penilaian untuk meningkatkan efektivitas belajar dan efektivitas program.
Selanjutnya, menurut Stiggins (1991), assessement
literares ask two key questions about all assessment of student achievement yaitu asesmen literasi mengajukan dua pertanyaan kunci tentang semua penilaian prestasi
belajar peserta didik, yakni :
a. What does this assessment tell students about the achievement outcomes
we value?
b. What is likely to be the effect of this assessment on students?
Jadi, dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan asesmen literasi adalah kemampuan
seorang guru dalam proses pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam
pengambilan keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar
siswa. Variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangya meliputi
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang
diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun informal.
Ada dua alasan mengapa konsep assessment
literacy meningkat selama dekade terakhir, yaitu :
1.
Pertama, kemunculan reformasi berbasis standar telah membuat
harapan peserta didik untuk belajar lebih eksplisit dan telah meningkatkan
kebutuhan akan langkah-langkah untuk menentukan apakah peserta didik telah
mencapai harapan belajar tersebut.
2.
Kedua, ada penerimaan yang
lebih besar untuk menggunakan berbagai bentuk penilaian, seperti penilaian yang
dirujuk dan penilaian referensi acuan
Namun,
penekanan yang lebih besar pada harapan belajar dan penggunaan penilaian
alternatif yang lebih formal telah meningkatkan batas pada pendidik dan pribumi
untuk memahami bagaimana pembelajaran peserta didik dapat dinilai secara
memadai dan makna apa yang harus diberikan pada informasi yang dihasilkan.
Terdapat tujuh standar
yang harus dimiliki oleh pendidik sebagai acuan bagaimana seorang pendidik
harus terampil
dalam pelaksanaan asesmen literasi :
1.
Memilih metode penilaian yang sesuai untuk keputusan instruksional
2.
Mengembangkan metode penilaian yang sesuai untuk keputusan instruksional
3.
Mengelola, mencetak, dan
menafsirkan hasil dari kedua metode penilaian hasil produksi dan pendidik yang
dihasilkan secara eksternal
4.
Menggunakan hasil penilaian saat membuat keputusan tentang
masing-masing peserta didik, merencanakan pengajaran, pengembangan kurikulum,
dan perbaikan sekolah
5.
Mengembangkan prosedur penilaian yang valid, yaitu menggunakan penilaian murid
6.
mengkomunikasikan hasil
penilaian kepada siswa, orang tua, pendengar awam lainnya, dan pendidikan
lainnya
7.
mengenali metode penilaian
yang tidak etis, ilegal, dan tidak tepat dan penggunaan informasi penilaian (Webb,
2002)
C. Jenis-Jenis Assessment Literacy
Assesmen literasi sangat pentig dimiliki oleh
seorang guru yang merupakan penilai terhadap proses pembelajaran oleh peserta
didik. Lebih lanjut, Stiggins (2004:16) menegaskan bahwa seperempat sampai
sepertiga waktu guru semestinya digunakan untuk penilaian terkait proses
pembelajaran Oleh karena itu guru harus mengetahui dan memahami jenis-jenis
penialain apa yang akan dia gunakan. Ada empat jenis assemen literasi yaitu:
1.
Norm
referenced test (acuan normatif)
Dirancang
untuk memeriksa kinerja individu dalam kaitannya dengan kinerja perwakilan
kelompok. Karakteristik :
a.
Digunakan untuk menentukan status setiap
peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya.
b.
Menggunakan kriteria yang bersifat
“relative”.
c.
Nilai hasil dari Penilaian Acuan
Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan peserta didik
tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan
peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
2.
Criteria Referenced Test (acuan patokan)
Dalam pengukuran ini peserta didik dikomperasikan
dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan
instruksional, bukan dengan penampilan peserta didik yang lain. Keberhasilan
dalam prosedur acuan patokan tergantung pada penguasaaan materi atas kriteria
yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan
instruksional. Jadi, tes acuan patokan terikat dengan tolok ukur untuk prestasi
peserta didik. Karakteristiknya:
a. Merupakan
tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain tugas- belajar dengan
tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas pembelajaran.
b.
Menekankan penggambaran tugas apa yang
telah dipelajari oleh para peserta didik. Item kesulitan sesuai dengan tugas
pembelajaran, tanpa menhilangkan item atau soal yang memiliki tingkat kesulitan
rendah.
c.
Lebih banyak digunakan, khususnya untuk
kelas dengan tugas pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar.
Menurtu
Dick dan Carey (2008) acuan dapat dilakukan sebagai:
a.
Tes prasyarat
b.
Pre test
c.
Post test
3.
Curriculum Based Assesment (assesmen
berdasarkan kurikulum)
adalah metode sistematis untuk menilai keterampilan
dasar akademik peserta didik dalam membaca, matematika, ejaan dan ekspresi
tertulis. Hasil dari asesmen ini nantinya akan membuat keputusan instruksional
dan memonitor kemajuan peserta didik dalam bidang akademis tertentu. Pengukuran
sering menggunakan "indikator" kinerja peserta didik dengan menggunakan bahan yang tersedia di kelas
4.
Peformance Based Assesment
Merujuk pada jenis-jenis tugas dan situasi
yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendemonstasikan
pemahaman mereka dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan disposisi yang
mereka miliki dalam berbagai konteks.
D.
Prinsip-prinsip Assessment
Literacy
Untuk memulai pengembangan profesional yang
diperlukan dalam
menjamin penilaian yang berkualitas tinggi di kelas, beberapa hal yang harus
terlebih dahulu dipahami oleh setiap pendidik antara lain:
1.
Memahami prinsip-prinsip dasar asesmen
yang berkualitas
2.
Bertindak sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang dirancang
3.
Mengupayakan penggunaan yang seimbang
berbagai alternatif asesmen
Berdasarkan hal itu, Stiggins mengemukakan prinsip-prinsip
dasar asesmen yang berkualitas dapat digambarkan dalam Gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Prinsip-Prinsip Dasar Asesmen
yang Berkualitas
Berdasarkan Gambar 1. dapat dijelaskan prinsip-prinsip
dasar assesmen yaitu sebagai berikut.
1. Pemikiran yang jelas dan komunikasi efektif (Clear Thinking and
Effective Communication)
Meskipun tingkat pencapaian sering kali
diterjemahkan menjadi skor, ada dua fakta penting yang perlu dipahami. Pertama,
angka bukanlah satu-satunya cara untuk menyatakan pencapaian. Kita dapat
memanfaatkan kata-kata, gambar, ilustrasi, contoh, dan berbagai cara lainnya.
Kedua, simbol untuk menyatakan pencapaian peserta didik sama bermaknanya dan
sama bergunanya dengan definisi pencapaian dan kualitas penilaian yang
digunakan untuk menghasilkannya.
2.
Pendidik yang memegang
peranan
(Teacher in Charge)
Pendidik berperan mengarahkan penilaian untuk
menentukan apa yang harus dipelajari oleh peserta didik dan apa yang peserta
didik rasakan berkaitan dengan penilaian yang dilakukan. Dalam berbagai konteks
pendidikan, hasil penilaian tingkat kotamadya/kabupaten, provinsi, nasional
seolah-olah dianggap sebagai satu-satunya hasil penilaian yang menentukan.
Penilaian ini bahkan tidak dapat disamakan dengan dengan penilaian kelas yang
dilakukan oleh pendidik, berkaitan dengan dampaknya terhadap keadaan peserta
didik. Pendidiklah yang menentukan bagaimana bentuk interaksi yang dilakukan
dengan peserta didiknya, rata-rata sebanyak satu kali setiap dua atau tiga
menit (mengajukan pertanyaan dan menginterpretasikan jawaban, mengamati kinerja
peserta didik, memeriksa pekerjaan rumah, menggunakan tes dan kuis). Umumnya,
penilaian dalam kelas berlangsung secara terus menerus.
Dengan demikian, jelas bahwa penilaian kelas
adalah penilaian yang paling mudah dilakukan oleh pendidik. Tidak perlu
diragukan lagi, pendidik adalah pengendali sistem penilaian yang menentukan
keefektifan sekolah.
3.
Peserta didik sebagai
pengguna yang harus diperhatikan
(Student as Key User)
Peserta didik adalah pihak yang paling
memanfaatkan hasil penilaian. Melalui penilaian kelas, mereka dapat mempelajari
kinerjanya serta mempelajari standar kualitas kinerjanya dari pendidik. Tidak
seorang pun, selain peserta didik, yang dapat memanfaatkan menggunakan hasil
penilaian kelas yang dilakukan oleh pendidik untuk menetapkan apa yang dapat
mereka harapkan dari diri mereka sendiri. Peserta didik dapat memperkirakan
peluang keberhasilannya berdasarkan kinerja yang ditunjukkan oleh hasil
penilaian sebelumnya. Tidak ada satu keputusan lain yang dapat memberikan
pengaruh lebih besar pada keberhasilan peserta didik.
4. Sasaran yang jelas dan sesuai
(Clear
and Appropriate Targets)
Kita tidak dapat menilai hasil pendidikan secara
efektif jika kita tidak mengetahui dan memahami apa sebenarnya nilai keluaran
tersebut. Ada berbagai jenis keluaran dari sistem pendidikan kita, mulai dari
penguasaan materi sampai kemampuan menyelesaikan masalah yang kompleks.
5.
Penilaian yang baik (High-quality Assessment)
Penilaian yang baik merupakan suatu keharusan
dalam setiap konteks penilaian. Lima standard yang harus dipenuhi untuk
mencapai penilaian yang baik meliputi: sasaran pencapaian yang jelas,
maksud/tujuan yang jelas, metode yang sesuai, kinerja contoh yang layak,
pembatasan, dan adanya upaya untuk mencegah kesalahan pengukuran.
6. Perhatian terhadap dampak antarpersonal (Attention to Interpersonal
Impact)
Kita harus selalu berusaha melaksanakan
penilaian yang baik, mengkomunikasikan hasilnya secara hati-hati dan pribadi,
dan mengantisipasi hasilnya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk memberikan
dukungan terhadap peserta didik yang pencapaiannya rendah. Semakin muda peserta
didik, semakin penting adanya bimbingan bagi mereka.
7.
Penilaian sebagai
pembelajaran
(Assessment as Instruction)
Penilaian dan pengajaran dapat menjadi suatu
kesatuan. Potensi terbesar yang tersimpan dalam penilaian kelas adalah
kemampuannya untuk menjadikan peserta didik sebagai mitra penuh dalam proses
penilaian. Peserta didik yang mampu mendalami sasaran pencapaian secara
menyeluruh mampu secara percaya diri melakukan evaluasi, baik terhadap hasil
kerjanya sendiri maupun hasil kerja temannya.
Orang
yang mampu melakukan penilaian dan memahami prinsip dasar penilaian disebut assessment literates. Literasi
asesmen mencakup pengetahuan tetang seberapa sering asesmen dilakukan, apa yang
harus diases, dan bagaimana mempersiapkan siswa untuk diases. Tantangan yang kita
hadapi dalam penilaian kelas adalah memastikan bahwa peserta didik memiliki
seluruh informasi yang diperlukannya, dalam bentuk yang mudah dipahami, pada
waktu yang tepat sehingga dapat digunakan secara efektif.
E.
Perubahan Assessment dan
Konsekuensinya
Jika dilihat dalam beberapa tahun terakhir
beberapa kali terjadi perubahan dalam sistem dunia pendidikan
diantaranya perubahan kurikulum, perubahan pola penilaian, perubahan dalam
penentuan kelulusan atau keberhasilan peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran dan masih banyak lainnya. Perubahan yang terjadi dalam dunia
pendidikan meliputi seluruh aspek, tidak terkecuali perubahan yang terjadi pada
bidang evaluasi khususnya perubahan pada assesmen atau penilaian. Perubahan
yang dilakukan semata-mata bertujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan
sehingga nantinya didapatkan kualitas yang jauh lebih baik dibandingkan
sekarang. Berikut disajikan beberapa perubahan assesmen yang terjadi serta
konsekuensinya menurut Nuryani (1995), yang menyatakan bahwa:
Tabel 1. Tabel Perubahan
Peranan pada Asesmen
Perubahan
Peran
|
Paradigma Lama
|
Paradigma Baru
|
Pendidik
|
Mengajar
|
·
Menentukan hasil belajar;
·
Mengajar;
·
Melakukan asesmen Primer/ Utama
|
Peserta didik
|
Diakses
|
·
Self Asess (Menilai diri sendiri)
·
Peer Asses (Penilaian teman Sebaya)
|
Kepala Sekolah
|
Menafsirkan hasil tes baku
|
·
Menafsirkan hasil
·
menyiapkan dukungan dalam asesmen kelas
|
Tabel 2.
Perubahan Aspek Dalam Penilaian
Perubahan
Praktik
|
Paradigma Lama
|
Paradigm Baru
|
Tujuan
|
Akuntabilitas
|
Akuntabilitas;
Pembelajaran
|
Penggunaan
|
Hasil tes menyeleksi dari paling tinggi ke bawah (kontinuum)
|
Hasil tes menyeleksi ke bawah dari konteks asesmen skala besar (down) dan
ke atas dari asesmen kelas (up)
|
Target
|
Umum
Tidak terbuka
|
Sangat terfokus
|
Metode
|
Mengutamakan Selected Response
|
Mengutamakan asesmen esay dan kinerja dengan sejumlah Selected Response
|
Dari Tabel 2. terlihat bahwa terjadi beberapa perubahan
menyangkut peran pendidik dan perubahan dalam praktik atau pelaksanaan.
Perubahan peran pada pendidik diamana sebelumnya pendidik hanya memiliki atau
dibebankan hanya pada kegiatan mengajar sedangkan setelah dilakukan perubahan
peran pendidik tidak hanya mengajar melainkan juga ikut dalam menentukan hasil
belajar serta melakukan assesmen utama/primer. Jika dilihat dari perubahan yang
terjadi, pada perannya sebelum terjadi perubahan pendidik datang kesekolah
hanya diberikan tanggung jawab mengajar saja, sedangkan tanggung jawab
penilaian masih diambil alih sesuai sistem yang berlaku, misalnya dalam penyusunan
soal atau instrumen yang digunakan masih dirancang oleh dinas pendidikan
sehingga terjadi kemungkinan kurang tepatnya sasaran dari penilaian tersebut.
Perubahan yang terjadi
pada peranan peserta didik adalah sebelum terjadi perubahan peserta didik bersifat
di ases, sedangkan setelah terjadi perubahan berganti menjadi asses self dan
peer. Sebelum terjadi perubahan, pola penilaian untuk peserta didik hanya
terbatas pada satu teknik penilaian saja, namun setelah terjadi perubahan
penilaian untuk peserta didik bisa dilakukan dengan penilaian diri dimana
diberikan beberapa pertanyaan dalam angket dan diisi langsung oleh peserta
didik sehingga dapat tergambar bagaimana tingkat keberhasilan peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan asses peer, dimana penilaian
juga dilakukan oleh teman sebaya sehingga akan terlihat sejauh mana teman atau
peserta didik lain dapat melihat tingkat keberhasilan peserta didik dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Ada beberapa perubahan
penting dalam pandangan assesmen, diantaranya: assesmen melayani fungsi
pembelajaran dan pertanggung jawaban, informasi assesmen bernilai diturunkan
dari konteks assesmen berskala besar dan diangkat dari assesmen berbasis kelas,
assesmen berperan paling baik ketika peserta didik memahami dengan baik target
pencapaian hasil belajar sebelum pelaksanaannya, assesmen dapat dilakukan
dengan beberapa metode bukan hanya pilihan ganda. Sering terjadi beberapa
kesalahan dalam pemilihan metode penilaian, dimana pendidik cendrung
menggunakan metode penilaian yang instrument nya berupa pilihan ganda atau
uraian. Sebenarnya terdapat beberapa metode yang mungkin dipakai oleh pendidik
untuk melakukan assesmen seperti asses self atau peer yang berpusat pada
peserta didik, menggunakan metode observasi atau wawancara, dan masih banyak
lainnya.
Perubahan Penting Dalam Pandangan Asesmen
:
·
Asesmen melayani fungsi pembelajaran
(istruksional) dan pertanggungjawaban (akuntabilitas)
·
Informasi nilai asesmen diturunkan dari
konteks asesmen berskala besar dan diangkat dari asesmen berbasis kelas
·
Asesmen berperan paling baik ketika
peserta didik memahami dengan baik target pencapaian hasil belajar sebelum
penilaian dilakukan
·
Asesmen dapat menggunakan berbagai metode,
bukan hanya tes PG
Berdasarkan National
Science Education Standard in the United States (National Research Council, 1996:
100) perubahan fokus yang terjadi
pada standard penilaian adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Perubahan Fokus yang Terjadi Pada
Standar Penilaian Berdasarkan National
Science Education Standard In The United States
Hal yang Dikurangi
|
Hal yang Diutamakan
|
Menilai yang mudah diukur
|
Menilai yang paling berharga
|
Menilai pengetahuan yang memiliki
ciri yang jelas
|
Menilai pengetahuan yang kaya dan
berstruktur baik
|
Menilai pengetahuan yang bersifat
ilmiah
|
Menilai pemahaman dan pemikiran
ilmiah
|
Menilai untuk mempelajari apa yang
tidak dipahami peserta didik
|
Menilai untuk mempelajari apa yang
dipahami peserta didik
|
Hanya melakukan penilaian atas
pencapaian
|
Menilai pencapaian dan peluang
untuk belajar
|
Penilaian akhir dilakukan oleh
guru
|
Peserta didik terlibat dalam
penilaian yang sedang berlangsung atas hasil kerjanya dan hasil kerja
temannya
|
Pengembangan penilaian eksternal
hanya oleh ahli
|
Guru terlibat dalam pengembangan
penilaian eksternal
|
F. Peran Kritis Assessment Kelas
Penilaian kelas pada dasarnya
merupakan rangkaian kegiatan pendidik yang terkait dengan pengambilan keputusan
tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik selama mengikuti
proses pembelajaran. Untuk kepentingan itu dilakukan pengumpulan data sebagai
informasi akurat untuk pengambilan keputusan. Pengumpulan data dengan prosedur
dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator yang akan
dinilai yang dalam subunit terdahulu kita sebut dengan asesmen. Dari proses
asesmen ini, pendidik akan memperoleh potret atau profil kemampuan peserta
didik dalam mencapai sejumlah stkitar kompetensi dan kompetensi dasar.
Penilaian kelas merupakan suatu
proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat
penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti untuk menunjukkan
pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui
berbagai teknik, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian
proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja peserta didik
(portfolio), dan penilaian diri (self assessment).
Dalam pelaksanaan penilaian kelas
ini pendidik akan membandingkan hasil belajar peserta didik dalam periode waktu
tertentu dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya atau
dengan kriteria tertentu dan sebaiknya, hasil belajar peserta didik ini tidak
dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Pembandingan semacam ini disebut
dengan penilaian acuan patokan atau penilaian acuan kriteria. Mengapa penilaian
kelas atau asesmen berbasis kelas ini dianjurkan untuk digunakan? Alasannya
adalah karena penilaian kelas mempunyai beberapa keunggulan yang tidak dimiliki
oleh model asesmen yang lain (sumber Balitbang Depdiknas, 2006), seperti
berikut:
1.
Dalam asesmen
berbasis kelas, pengumpulan data sebagai informasi kemajuan belajar baik formal
maupun informal harus selalu dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, hal
ini memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi peserta didik untuk
menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya.
2.
Hasil belajar
yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan dengan hasil belajar peserta
didik lain ataupun prestasi kelompok, tetapi dengan prestasi atau kemampuan
yang dimiliki sebelumnya; atau dengan kompetensi yang dipersyaratkan, sehingga
dengan demikian peserta didik tidak terdiskriminasi dalam klasifikasi lulus
atau tidak lulus, pintar atau bodoh, bisa masuk ranking berapa, dan sebagainya,
tetapi lebih diarahkan pada fungsi motivasi, dan bantuan agar peserta didik
dapat mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
3.
Pengumpulan
informasi dalam asesmen berbasis kelas ini harus dilakukan dengan menggunakan
variasi cara, dilakukan secara berkesinambungan sehingga gambaran kemampuan peserta
didik dapat lebih lengkap terdeteksi, dan terpotret secara akurat.
4.
Dalam
pelaksanaannya peserta didik tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang
tersedia, tetapi lebih dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri
untuk mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan masalah yang
dihadapi dengan caranya sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki.
5.
Proses
pengumpulan informasi untuk dapat menentukan ada tidaknya kemajuan belajar yang
dicapai peserta didik dan perlu tidaknya peserta didik diberikan bantuan secara
terencana, bertahap, dan berkesinambungan, sehingga dengan demikian peserta
didik diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya, dengan pemberian
bantuan dan bimbingan yang sesuai.
6.
Penilaian tidak
hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar (PBM) tetapi dapat
dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses). Hasil kerja atau
karya peserta didik yang berbentuk 2 dimensi yang dapat dikumpulkan dalam
portofolio dan yang berbentuk 3 dimensi (produk) terutama dihasilkan melalui
PBM. Karya tersebut dapat juga bersumber atau berasal dari berbagai kegiatan
ekstrakurikuler, kegiatan sekolah, kegiatan OSIS, kegiatan lomba antar sekolah,
bahkan kegiatan hobi pribadi. Dengan demikian, penilaian kelas mengurangi
dikhotomi antara PBM dan kegiatan penilaian serta antara kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
7.
Kriteria
penilaian karya peserta didik dapat dibahas, dikompromikan antara guru dengan
para peserta didik sebelum karya itu mulai dikerjakan; dengan demikian peserta
didik mengetahui kriteria yang akan digunakan dalam penilaian, agar berusaha mencapai
harapan (expectations) (stkitar yang dituntut) guru, dan mendorong peserta
didik untuk mengarahkan karya-karya nya sesuai dengan kriteria yang telah
disepakati.
Secara rinci tujuan Assessmen
Berbasis Kelas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
Dengan melakukan
asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui seberapa jauh peserta
didik dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang dipersyaratkan, baik
selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses pembelajaran berlangsung.
2.
Saat
melaksanakan asesmen ini, pendidik juga akan bisa langsung memberikan umpan
balik kepada peserta didik, sehingga tidak pelu lagi menunda atau menunggu
ulangan semester untuk bisa mengetahui kekuatan dankelemahanny a dalam proses
pencapaian kompetensi.
3.
Secara terus
menerus dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta
didik, sekaligus Kita dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta
didik sehingga secara tepat dapat menentukan peserta didik mana yang perlu
pengayaan dan peserta didik yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai
kompetensi yang dipersyaratkan.
4.
Hasil pemantauan
kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus menerus tersebut
juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki metode,
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan
kebutuhan materi dan juga kebutuhan peserta didik.
5.
Hasil-hasil
pemantauan tersebut, dapat dijadikan sebagai lkitasan untuk memilih alternatif
jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk digunakan pada materi tertentu
dan pada mata pelajaran tertentu, yang sudah barang tentu akan berbeda.
6.
Hasil dari
asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah
tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester atau akhir
tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua dan komite harus dijalin dan
dilakukan terus menerus sesuai kebutuhan
Fungsi Assessmen Berbasis Kelas
dapat dijelaskan sebagai berikut (Diknas, 2006):
1.
Kalau tujuan
pembelajaran adalah pencapaian sekitar kompetensi maupun kompetensi dasar, maka
penilaian kelas ini dapat menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah
menguasai suatu kompetensi.
2.
Asesmen berbasis
kelas dapat berfungsi pula sebagai lkitasan pelaksanaan evaluasi hasil belajar
peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat
keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,
pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan, dalam hal ini terkait erat
dengan peran guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing.
3.
Sejalan dengan
tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka salah satu fungsi asesmen
berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi
yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu
pendidik menentukan apakah seorang peserta didik perlu mengikuti remedial atau
justru memerlukan program pengayaan.
4.
Dengan demikian
asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya pendidik untuk dapat menemukan
kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan ataupun yang
sedang berlangsung. Temuan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar
penentuan langkah perbaikan proses pembelajaran berikutnya, guna peningkatan
capaian hasil belajar peserta didik.
5.
Kesemuanya dapat
dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik dan semua stake holder
pendidikan dalam lingkup sekolah tentang gambaran kemajuan perkembangan proses
dan hasil belajar peserta didik.
Berikut ini
adalah pengelompokan utama sasaran pencapaian menurut Stiggins (1994:67):
1.
Penguasaan peserta
didik atas pengetahuan materi subjek inti;
a. Kemampuan peserta didik untuk menggunakan pengetahuannya untuk
berpikir dan menyelesaikan masalah;
b. Kemampuan untuk menunjukkan keterampilan yang terkait dengan
pencapaian tertentu, misalnya melakukan tindakan psikomotor;
c. Kemampuan untuk membuat produk yang terkait dengan jenis
pencapaian tertentu, misalnya produk IPA (taksidermi, kerangka, herbarium);
d. Pencapaian perasaan atau keadaan afektif tertentu, seperti sikap,
minat, dan motivasi.
2.
Penilaian yang Terarah pada
Proses Pembelajaran IPA
a.
Penilaian kinerja dan/atau
penilaian otentik;
b.
Proses IPA diturunkan dari
data;
c.
Kooperatif dan kolaboratif;
d.
Hands-on dan minds-on;
e.
Keterampilan praktik dan
komunikasi;
f.
Sikap ilmiah dan nilai yang
terkandung dalam IPA.
3.
Metode Penilaian Kelas
a.
Respon terpilih
Istilah
yang lebih sering digunakan untuk respon terpilih adalah “objective paper and pencil test” atau uji tertulis. Istilah ini
dapat menimbulkan kesalahpahaman bahwa penilaian yang dilakukan tidak
melibatkan subjektivitas, bahwa segala sesuatu yang terkait dengannya bersifat
“ilmiah“, dan bahwa ada resiko terjadinya kebiasan yang disebabkan oleh
pendapat penilai. Respon terpilih dapat digunakan untuk menilai aspek
pengetahuan, pemikiran, dan afektif. Jenis respon terpilih dapat berupa:
pilihan berganda, benar/salah, menjodohkan, dan isian singkat.
Tiga langkah dasar yang harus dilakukan oleh pengembang soal
ujian: (i) membuat rancangan atau cetakbiru pengujian yang menyajikan kerangka
pencapaian; (ii) mengidentifikasi unsur spesifik pengetahuan dan pemikiran yang
akan dinilai; (iii) mengubah unsur-unsur tersebut menjadi soal ujian.
b.
Penilaian Essay
Penilaian
essay merupakan metodologi yang paling sesuai pada keadaan tertentu. Essay
membuat kita dapat menangkap setidaknya sebagian unsur yang paling berharga.
Lebih jauh lagi, sejak peserta didik dilibatkan sebagai mitra pada proses
penilaian, metode penilaian seperti essay ini lebih mudah dilaksanakan. Metode
essay dapat digunakan untuk menilai pengetahuan, pemikiran, prosedur, dan
afektif.
Menurut
Stiggins (1994: 134) metodologi penilaian essay memiliki tiga kekuatan utama:
1)
Essay dapat memudahkan kita
mempelajari pencapaian peserta didik atas sasaran pencapaian yang kompleks dan
sulit.
2)
Format essay memudahkan kita
melakukan penilaiaan hasil belajar dengan waktu dan tenaga yang minimal.
3)
Penilaian essay dapat
dipadukan dengan proses pembelajaran secara produktif.
Penilaian essay juga memiliki resiko. Kecerobohan dapat menyebabkan hal-hal berikut :
1)
Kurangnya gambaran atas jenis
hasil belajar yang akan dipelajari dan dinilai;
2)
Kegagalan untuk
menghubungkan format essay dengan sasaran pencapaian yang sesuai;
3)
Kegagalan untuk menentukan
sampel yang mewakili domain sasaran;
4)
Kegagalan untuk
mengendalikan sumber kebiasaan yang dapat mengganggu penilaian yang subjektif.
c.
Penilaian Kinerja atau
Penilaian Otentik
Dalam
penilaian kinerja, peserta didik diminta
melakukan aktivitas yang menunjukkan keterampilan tertentu dan/atau membuat
produk tertentu. Hasilnya, metode penilaian ini membuat kita dapat menangkap
banyak hasil pendidikan yang bersifat kompleks dan tidak dapat diterjemahkan
dalam ujian tertulis.
Dalam
penilaian kinerja, kita mengamati peserta didik saat mereka bekerja, atau
memeriksa produk yang dibuat, dan menilai kecakapan yang ditunjukkan.
Pengamatan digunakan untuk memberikan pendapat subjektif atas tingkat
pencapaian peserta didik. Evaluasi tersebut dilakukan berdasarkan perbandingan
kinerja peserta didik terhadap standar yang telah ditentukan.
Metode penilaian kinerja muncul sebagai penemuan baru dengan
sejumlah kelebihan dibandingkan tes tertulis. Dalam banyak hal, penemuan baru
ini menarik perhatian pendidik di setiap tingkatan pendidikan. Aplikasi metode
ini antara lain menggunakan nama penilaian otentik (authentic assessments),
penilaian alternatif (alternative assessments), pameran, demonstrasi, dan
contoh kerja peserta didik (student work samples). Jenis penilaian ini
dipandang sebagai metode yang dapat memberikan penilaian otentik atau penilaian
yang sangat tepat atas pencapaian peserta didik (Wiggins, 1989 in Stiggins,
1994: 161).
4.
Penilaian Kelompok, Pribadi,
dan Antar Teman
Penilaian
kelompok, pribadi, dan antar teman dapat
digunakan terutama untuk penilaian formatif, tapi pada keadaan tertentu dapat
pula digunakan sebagai penilaian sumatif,
meski tidak efektif.
a.
Penilaian Kelompok
Kelebihan
utama dari penilaian kelompok adalah bahwa beban penilaian menjadi jauh
berkurang. Ada pula keuntungan dari sisi pendidikan, termasuk di dalamnya
pengembangan sejumlah keterampilan penting seperti keterampilan memimpin dan
bekerja dalam kelompok, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan
berorganisasi. Selain itu, hasil yang dicapai dengan bekerja secara berkelompok
akan lebih baik, bahkan masalah yang lebih rumit pun dapat diselesaikan.
Masalah
utama yang dihadapi adalah memastikan bahwa strategi penilaian yang adil telah
diterapkan: “satu masalah yang terpenting adalah sulitnya menetapkan tingkat
kontribusi masing-masing anggota kelompok …” (Race, Brown, Smith, 2005:156)
Tidak ada
cara yang paling ideal untuk menyelesaikan masalah ini, tapi ada berbagai
strategi yang dapat dicoba. Salah satunya, setiap anggota kelompok diberi nilai
yang sama. Strategi lainnya, setiap anggota kelompok diberi nilai yang
berbeda-beda sesuai kinerja masing-masing. Hal ini dapat dilakukan melalui
penilaian antar teman (peer assessment).
b.
Penilaian Pribadi dan Antar
teman
Penilaian pribadi dan antar teman merupakan bentuk penilaian
inovatif yang mendukung pembelajaran peserta didik. Penilaian pribadi adalah
proses di mana peserta didik dilibatkan dan bertanggung jawab untuk menilai
hasil kerjanya sendiri. Hal ini mendorong peserta didik untuk mandiri dan
meningkatkan motivasinya. Penilaian antar teman adalah proses di mana peserta
didik dilibatkan dalam penilaian kerja peserta didik lain. Peserta didik harus
memiliki pemahaman yang jelas mengenai apa yang harus mereka cari dalam hasil
kerja temannya.
Penilaian
pribadi dapat digunakan untuk membantu mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk memeriksa dan berpikir kritis mengenai proses pembelajaran yang mereka
jalani, Penilaian pribadi dapat membantu
peserta didik menentukan kriteria apa yang harus digunakan untuk menilai hasil
kerja dan menerapkan hal ini secara objektif terhadap hasil kerja untuk memfasilitasi
proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Penilaian pribadi dapat disertakan sebagai bagian penilaian mata
pelajaran atau sebagai sebuah latihan yang dipersyaratkan dalam mata pelajaran
tersebut.
Penilaian
antar teman dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
bekerjasama, bersikap kritis terhadap hasil kerja peserta didik lain, dan
menerima kritik dan umpan balik dari peserta didik lain atas hasil kerjanya
sendiri. Penilaian antar teman dapat memberikan gambaran kepada peserta didik
mengenai kriteria apa saja yang digunakan untuk menilai. Penilaian antar teman
juga dapat digunakan untuk menentukan nilai hasil kerja peserta didik untuk
keperluan sumatif.
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Matrik
Hubungan pengertian, Jenis-Jenis, Prinsip-Prinsip yang Baik, Konsekuensi dan
Perubahannya, dan Peran Kritis dalam Kelas pada Assessment
Literacy
Pembeda
|
Assesment
Literacy
|
Sintesis
|
Pengertian
|
Assesment
·
Linn dan Gronlund (1995) mengemukakan bahwa asesmen
merupakan suatu istilah umum yang meliputi prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang belajar peserta didik (observasi, rata-rata
pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar.
·
Depdiknas (2005) mengemukakan bahwa asesmen adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat asesmen untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik
·
Uno dan Koni (2012) mengatakan bahwa secara umum
asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam
bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang
peserta didik, baik yang menyangkut kurikulum, program pembelajaran, iklim
sekolah maupun kebijakan sekolah.
Literacy
·
Secara harfiah literasi berasal
dari kata Literacy yang berarti melek huruf/gerakan pemberantasan buta huruf.
·
Menurut Programme
for International Student Assessment (PISA, 2006), literasi adalah
kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan
menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta
membuat keputusan.
·
Menurut Widyawatiningtyas,
Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis, atau
kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dan kata-kata.
Assesment Literacy
·
Menurut (Stiggins,1994:8) asesmen Literasi
merupakan kemampuan dalam memahami prinsip-prinsip dasar asesmen yang
berkualitas, dan bertindak sesuai tujuan pembelajaran yang dirancang dengan mengupayakan penggunaan yang
seimbang berbagai asesmen alternatif.
·
Menurut Organization
for Economic Cooperation and Development (OECD, 2003) asesmen literasi
didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta untuk
memahami dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas
manusia.
·
Menurut American
Association for the Advancement of Science (AAAS), asesmen literasi
adalah sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan
tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam.
|
Assesment
·
Asesmen adalah istilah sebuah proses yang ditempuh
untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan mengenai para peserta didik, kurikulum, program-program,
dan kebijakan pendidikan, metode atau instrumen pendidikan lainnya oleh suatu
badan, lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas
tertentu.
Literacy
·
Literasi adalah kemampuan
menggunakan membaca dan menulis, atau kemampuan berkomunikasi melalui tulisan
dan kata-kata untuk mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan.
Assesment Literacy
·
Assesmen literasi adalah
kemampuan dalam menggunakan pengetahuan untuk memahami, membaca,
menulis, mengidentifikasi atau kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dan
kata-kata suatu masalah, kemudian menarik kesimpulan dan membuat keputusan
berdasarkan bukti-bukti dan fakta yang ada.
|
Jenis-Jenis
|
Ada
empat jenis assemen lietrasi yaitu:
·
Norm
Referenced Test (acuan normatif) digunakan untuk
memeriksa kinerja peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya
untuk melihat kedudukan peserta didik dalam komunitasnya
·
Criterion
Referenced Test (acuan patokan) digunakan untuk tolak ukur
prestasi peserta didik
·
Curriculum
Based Assessment (asesmen berdasarkan kurikulum)
digunakan untuk memonitor kemajuan peserta didik dalam bidang akademis
tertentu
·
Performance
Based assessment (asesmen kinerja) digunakan untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendemontrasikan
pengetahuan, keterampilan dan disposisi yang mereka miliki.
|
|
Prinsip-Prinsip
Assessment Literacy yang baik
|
Ada tujuh
prinsip-prinsip Assessment
Literacy yang baik, yaitu:
1.
Pemikiran yang jelas dan komunikasi efektif (Clear Thinking and Effective
Communication)
2.
Guru yang memegang peranan (Teacher in Charge)
3.
Siswa sebagai pengguna yang harus diperhatikan (Student as Key User)
4.
Sasaran yang jelas dan sesuai (Clear and Appropriate Targets)
5.
Penilaian yang baik (High-quality Assessment)
6.
Perhatian terhadap dampak antarpersonal (Attention to Interpersonal Impact)
7.
Penilaian sebagai pembelajaran (Assessment as Instruction)
|
|
Perubahan
Assesmen dan Konsekuensinya
|
Menurut National
Science Education Standard in the United States (National Research Council,
1996: 100), yaitu:
Hal yang
Dikurangi
·
Menilai
yang mudah diukur
·
Menilai
pengetahuan yang memiliki ciri yang jelas
·
Menilai
pengetahuan yang bersifat ilmiah
·
Menilai
untuk mempelajari apa yang tidak dipahami peserta didik
·
Hanya
melakukan penilaian atas pencapaian
·
Penilaian
akhir dilakukan oleh guru
·
Pengembangan
penilaian eksternal hanya oleh ahli
Hal yang Diutamakan
·
Menilai
yang paling berharga
·
Menilai
pengetahuan yang kaya dan berstruktur baik
·
Menilai
pemahaman dan pemikiran ilmiah
·
Menilai
untuk mempelajari apa yang dipahami peserta didik
·
Menilai
pencapaian dan peluang untuk belajar
·
Peserta
didik terlibat dalam penilaian yang sedang berlangsung atas hasil
kerjanya dan hasil kerja temannya
·
Guru
terlibat dalam pengembangan penilaian eksternal
|
|
Peran Kritis Asesmen Kelas
|
·
Dalam asesmen berbasis kelas, pengumpulan data sebagai informasi kemajuan
belajar baik formal maupun informal harus selalu dilaksanakan dalam suasana
yang menyenangkan.
·
Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan
dengan hasil belajar peserta didik lain.
·
Pengumpulan informasi dalam asesmen berbasis kelas ini harus dilakukan
dengan menggunakan variasi cara, dilakukan secara berkesinambungan sehingga
gambaran kemampuan peserta didik dapat lebih lengkap terdeteksi, dan
terpotret secara akurat.
·
Dalam pelaksanaannya peserta didik tidak sekedar dilatih memilih jawaban
yang tersedia, tetapi lebih dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan
memotivasi diri untuk mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan
masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri dan sesuai dengan pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki.
·
Proses pengumpulan informasi untuk dapat menentukan ada tidaknya kemajuan
belajar yang dicapai peserta didik dan perlu tidaknya peserta didik diberikan
bantuan secara terencana, bertahap, dan berkesinambungan, sehingga dengan
demikian peserta didik diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya,
dengan pemberian bantuan dan bimbingan yang sesuai.
·
Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses pembelajaran tetapi
dapat dilaksanakan ketika pembelajaran sedang berlangsung (penilaian proses).
·
Kriteria penilaian karya peserta didik dapat dibahas, dikompromikan
antara guru dengan para peserta didik sebelum karya itu mulai dikerjakan;
dengan demikian peserta didik mengetahui kriteria yang akan digunakan dalam
penilaian, agar berusaha mencapai harapan (expectations) (stkitar yang
dituntut) guru, dan mendorong peserta didik untuk mengarahkan karya-karya nya
sesuai dengan kriteria yang telah disepakati.
|
|
Tujuan
|
1.
Dengan melakukan
asesmen berbasis kelas ini, pendidik dapat mengetahui seberapa jauh peserta
didik dapat mencapai tingkat pencapaian kompetensi yang dipersyaratkan, baik
selama mengikuti kegiatan pembelajaran dan setelah proses pembelajaran
berlangsung
2.
Saat melaksanakan
asesmen ini, sebagai pendidik akan langsung memberikan umpan balik kepada
peserta didik sehingga tidak perlu lagi menunda atau menunggu ulangan
semester untuk bias mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses
pencapaian kompetensi.
3.
Dalam asesmen
berbasis kelas ini, pendidik secara terus menerus dapat melakukan pemantauan
kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik.. sekaligus pendidik dapat
mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga secara
tepat dapat menentukan peserta didik mana yang perlu pengayaan dan peserta
didik yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
4.
Hasil pemantauan
kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus menerus tersebut
juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik bagi pendidik untuk memperbaiki
metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar, yang digunakan, sesuai dengan
kebutuhan materi dan juga kebutuhan peserta didik.
5.
Hasil-hasil
pemantauan tersebut kemudian dapat dijadikan pendidik sebagai landasan untuk
memilih alternative jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk digunakan
pada materi tertentu dan pada mata pelajaran tertentu yang berbeda. Pendidik
sebagai pendidik harus tahu persis pertimbangan pemilihannya.
6.
Hasil dari asesmen
ini dapat memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang
efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester atau akhir tahun.
Komunikasi antara pendidik, orang tua, dan komite harus dijalin dan dilakukan
terus-meneru sesuai kebutuhan.
|
|
SASARAN PENCAPAIAN
|
1.
Penguasaan peserta
didik atas pengetahuan materi subjek inti
2.
Penilaian yang
terarah pada proses pembelajaran IPA
3.
Metode penilaian
kelas
a. Respon terpilih
b. Penilaian essay
Penilaian
kelompok, pribadi, dan antar teman
|
|
FUNGSI
|
1.
Dapat menggambarkan
sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi
2.
Sebagai landasan
pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu
peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya,
baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk
penjurusan, dalam hal ini terkait erat dengan peran pendidik sebagai pendidik
sekaligus pembimbing.
3.
Menemukan kesulitan
belajar dan kemungkinan prestasi yang bias dikembangkan peserta didik dan
sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang
peserta didik perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program
pengayaan.
4.
Sebagai upaya
pendidik untuk dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran
yang telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung.
5.
Kontrol bagi pendidik
sebagai pendidik dan semua stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang
gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.
|
Matriks pada Tabel 4.
Menjelaskan tentang dasar-dasar asesmen literasi. Jika pendidik dan calon
pendidik ingin melakukan pengembangan asesmen literasi yang bertujuan agar kualitas
pendidikan di Indonesia meningkat maka harus memberikan penjelasan dari matriks
dapat disimpulkan bahwa untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik,
diperlukan sistem penilaian yang baik pula. Agar penilaian dapat berfungsi
dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu
untuk menetapkan standar penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan bagi
pendidik dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu kerjasama yang baik dari
beberapa pihak terkait , seperti pendidik, peserta didik, dan sekolah. Ketiga
pihak tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda sesuai dengan proporsi
masing-masing. Jika masing-masing pihak melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagaimana mestinya maka akan tercipta suatu suasana yang kondusif,
dinamis, dan terarah untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui perbaikan
sistem penilaian.
B. Matrik Perubahan Asesmen dan Konsekuensinya
Tabel 5. Matrik Perubahan Asesmen dan Konsekuensinya
Peranan
|
Dulu
|
Sekarang
|
Perubahan
Penting Dalam Pandangan Asesmen
|
Dosen
|
Mengajar
|
Mendefinisikan hasil pembelajaran, mengajar, melaksanakan
penilaian utama
|
Perubahan
Penting Dalam Pandangan Asesmen adalah antara lain :
1.
Asesmen melayani
fungsi pembelajaran (instruksional) dan pertanggungjawaban (akuntabilitas)
2.
Informasi nilai
asesmen diturunkan dari konteks asesmen berskala besar dan diangkat dari
asesmen berbasis kelas
3.
Asesmen berperan
paling baik ketika peserta didik memahami dengan baik target pencapaian hasil
belajar sebelum penilaian dilakukan
4.
Penggunaan asesmen
dapat menggunakan berbagai metode, bukan hanya tes PG saja.
|
Mahapeserta didik
|
Dinilai
|
Menilai diri sendiri dan
teman
|
|
Rektor
|
Menginterpretasi hasil ujian terstandard
|
Menginterpretasi hasil ujian dan menyediakan dukungan terhadap
penilaian kelas
|
|
Pelaksanaan
|
Dulu
|
Sekarang
|
|
Tujuan
|
Akuntabilitas
|
Akuntabilitas, pembelajaran
|
|
Penggunaan
|
Penyaringan hasil pengujian dari atas ke bawah
|
Penyaringan hasil pengujian dari atas ke bawah dan dari kelas ke
atas
|
|
Sasaran
|
Bersifat umum
Tidak terbuka
|
Sangat terarah
Bersifat terbuka
|
|
Metode
|
Terutama berupa respon terpilih
|
Terutama berupa penilaian kinerja dan essay dengan beberapa respon terpilih
|
Dari Tabel 5. dapat
disimpulkan bahwa terjadinya perubahan asesmen dan konsekuensinya dari dulu dan
sekarang sudah sesuai dengan teori yang diperoleh baik dalam modul maupun
sumber lain. Dimana peran dosen yang dulunya sebagai seorang pengajar, sekarang
bukan hanya sebagai pengajar namun juga sebagia fasilitator dan motivator bagi
mahapeserta didikdalam proses pembelajaran. Hal yang sama juga pada peserta
didik yang dulunya hanya pendidik yang menilai, namun sekarang peserta didik
dapat menilai diri sendiri dan teman sebayanya didalam pembelajaran. Dalam
pelaksanaan penilaian asesmen didalam pembelajaran, lebih menekankan pada
penilaian kinerja atau proses peserta didik dalam menemukan suatu pembelajaran
daripada dulu penilaian hanya menekankan pada respon terpilih saja. Dalam
pelaksanaan penilaian juga lebih terarah dan terbuka dari pada dulu.
C. Matriks Perbandingan bentuk soal fisika
paradigma lama dan paradigma baru
No.
|
Paradigma Lama
|
Paradigma Baru
|
1
|
Perhatikan
rangkaian dibawah ini
Besarnya muatan pada kapasitor C5 adalah….
Jawaban :
1/C
seri1 = 1/c2+1/c3 = 1/6 + 1/3 = 1/6 + 2/6 = 3/6 ——> C seri1= 2 F
1/C
ser2 = 1/c4 + 1/c5 = 1/12 + 1/6 = 1/12 + 2/12 = 3/12——-> C seri2 = 4 F
C
paralel = C seri1 + C seri 2 = 2 F + 4 F = 6 F
1/C
seri 3 = 1/c1 = 1/C paralel = 1/6 + 1/6 = 2/6 ——> Cseri 3 = C total = C
pengganti 5 Kapsitor = 3 F
Q
Total = C total X V total = 3 x 12 = 36 Coulomb = Q 1 = Q 2,3,4,5 = 36
Coulomb
V1
= Q1/C1 = 36/6 = 6 Volt——> V2,3,4,5 = Vtotal – V1 = 12-6 = 6 Volt
V2,3,4,5
=V Paralel= V2,3= V4,5 = 6 Volt-
Q2,3=
V2,3 X C2,3 = 6 X 12 = 12 Coulomb
Q4,5
= V4,5 X C4,5 = V4,6 X C seri 2 = 6 x 4 = 24 Coulomb
Q
Seri = Q4,5 = Q4 = Q5 = 24 Coulomb
|
1.
Sederhana
rangkaian gabungan diatas!
Karena yang dicari adalah kapasitas kapasitor pengganti
dari a dan b maka C3 dan C8 tidak digunakan. Sehingga gambarnya menjadi
Tahap mengerjakannya dimulai dari paling kanan
(i) gabungan seri antara
C2, C8, dan C5 –> kita sebut Ca
karena seri maka menggunakan rumus
1/Ca = 1/C2 + 1/C8 + 1/C5
1/Ca = 3/1 Ca = 1/3 μF
(ii) gabungan pararel Ca dengan C7 –> kita sebut Cb
Cb = Ca + C7 (ingat rumus rangkaian pararel) Cb = 1/3 + 1 = 4/3
(iii) gabungan seri dengan
C1 dan C4 –> Cp (pengganti)
1/Cp = 1/Cb + 1/C1 + 1/ C4
1/Cp = 3/4 +1/1 + 1/1 1/Cp = 11/ 4 Cp = 4/11 μF
2. Jika pada
kapasitor C2, C5, C8 diganti dengan
kapasitor elektrolit seperti pada gambar dibawah ini, maka tentukan nilai
hambatan penggantinya.
3.
Apakah pada kapasitor C2 dapat diganti dengan kapasitor seperti
dibawah ini
Jika bias,
bagaimanakah bentuk nilai kapasitor penggantinya? Jika tidak, beri alasan.
4.
jika pada kapasitor C1 bernilai 3300 μF, C2 diganti dengan
kapasitor senilai 1000 μF dan C4
bernilai 4700 μF, maka nilai kapasitor
pengganti (Cp) total dari rangkaian diatas adalah…….
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses asesmen adalah asesmen yang dilaksanakan di tengah-tengah
atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada
setiap kali satuan pembelajaran atau sub pokok bahasan dapat diselesaikan
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik “telah terbentuk”
sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan
2. Teknik asesmen yang
terdapat dalam pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi diantaranya
adalah tes dan nontes.
3. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar mahapeserta didik.
4. Standar asesmen pembelajaran saat ini mengalami pergeseran
penekanan. Pergeseran tersebut terletak bahwa asesmen awalnya ditekankan pada
“yang mudah nilai” kemudian bergeser menjadi “yang penting dinilai.”
5. Proses, teknik, standar asasmen dapat diterapkan dalan pendidikan
fisika, karena dapat menilai sejauh mana tujuan pendidikan fisika tercapai
B.
Saran
Sebagai
pendidik yang tidak lepas dari kegiatan asesmen maka sebaiknya harus
benar-benar memahami proses asesmen, teknik asesmen, standard-standard asesmen,
dan pergeseran penekanan asesmen. Dalam membuat alat asesmen sebaiknya pendidik
melakukan analisis terhadap kualitas alat asesmen sehingga alat penilaian
tersebut bisa mengukur kompetensi yang akan diukur.
DAFTAR PUSTAKA
American Federation Of Teacher, National Council On Measurement in
Education, and National Education Association. 1990. Standar For Teacher Competence in educational Assessment Of Students.
Educational Measurement: Issues and Practise.
Ebel & Frisbie. 1991. Essential
Of Educational Measurement. Englewood Cliff, NJ : Prentice hall
Nuryani, Rustaman. 1995. Assesment Literacy (pdf). FPMIPA. Sekolah
Pasca Sarjana UPI. Bandung.
Stiggins. 1991. Assessment
Literacy. Phi Delta Happen
0 comments: